Hari itu, ketika tubuhku pada metabolismenya yang terendah…
Mataku berakomodasi tak percaya…
Benarkah yang tertangkap oleh nervi optici-ku??
Dalam sms mu…
Katamu, akulah nukleus kehidupanmu…
Katamu, jika kau flagelatta, maka akulah ATP…
Katamu, jika kau inflamasi, akulah prostaglandin…
Sadarkah kau??
Kau berhasil membuatku mengalami hipertensi fisiologis dan tachycardi
Perintahkan membrana tympani mu mendengar seluruh discuss vertebralis ku berkata…
Setiap cardiac output-ku membutuhkan pacemaker darimu.
Setiap detail gerakan glossus-mu merangsang saraf simpatisku.
Ucapan selamat malammu laksana diazepam…
Ucapan “jangan menangis, sayang”-mu bagaikan valium bagiku…
Dan ketika kau pergi…terasa bagaikan imunosupresi untukku…
Mataku berakomodasi tak percaya…
Benarkah yang tertangkap oleh nervi optici-ku??
Dalam sms mu…
Katamu, akulah nukleus kehidupanmu…
Katamu, jika kau flagelatta, maka akulah ATP…
Katamu, jika kau inflamasi, akulah prostaglandin…
Sadarkah kau??
Kau berhasil membuatku mengalami hipertensi fisiologis dan tachycardi
Perintahkan membrana tympani mu mendengar seluruh discuss vertebralis ku berkata…
Setiap cardiac output-ku membutuhkan pacemaker darimu.
Setiap detail gerakan glossus-mu merangsang saraf simpatisku.
Ucapan selamat malammu laksana diazepam…
Ucapan “jangan menangis, sayang”-mu bagaikan valium bagiku…
Dan ketika kau pergi…terasa bagaikan imunosupresi untukku…
0 Komentar "Puisi Anak Kedokteran", Baca atau Masukkan Komentar
Post a Comment