Kemaruk Harta Kemaruk Kekuasaan

Bersama : H. Sugeng Pramono

SUKA atau tidak suka, dewasa ini kita bisa melihat dengan terang benderang bahwa anak bangsa ini sudah tercemardengan budaya korupsi dan suap menyuap disegala lini. Segala urusan cenderung diselesaikan dengan duit. Lihatlah untuk penerimaan pegawai, bahkan untuk sekedar jadi buruh dipabrik yang gajinya tidak seberapa, juga harus pakai duit. tak terkecuali untuk mengurus surat-surat di instansi yang seharusnya melayani publik juga harus kasih uang pelicin.

Nampaknya, budaya korup dan suap sudah memasuki semua lapisan masyarakat, sehingga bobroklah moral bangsa ini. Gayus-gayus pun bermunculan. Makelar kasus dan mafia hukum berkeliaran dimana-mana. Koruptor bergentayangan dikalangan pejabat dan birokrasi negara.


Kebobrokan dan kebusukan dalam pengelolaan negara ini nyata sudah semakin menambah panjang penderitaan yang dihadapi rakyat. Sebaliknya, ulah politisi semakin brutal dan kian "edan". Mereka sudah tak peka lagi dengan jeritan rakyat yang diwakilinya. Sekarang ini, idealisme menjadi barang langka. Semua urusan diukur dengan uang. Karena itu lahirlah para politisi dan para pejabat yang "kemaruk harta, kemaruk kekuasaan."

Sebelum dilantik sebagai seorang Rasullullah, Muhammad adalah pedagang dan eksportir sukses. Bisnis antar-negara yang dirintis bersama Khadijah RA, berkembang dengan baiknya. Karena aspek keuletan dan bisa menjaga kepercayaan, usaha Beliau berdua sukses. Dalam waktu singkat konsinyasi ini banyak mencatat keuntungan berlipat. Khadijah dan Muhammad yang masih muda tercatat sebagai bangsawan terhormat.

Revolusi peradaban ternyata menuntut banyak pengorbanan harta, jiwa, dan raga. Begitulah yang dialami Rasulullah SAW dan keluarganya. Mereka yang awalnya dikenal kaya raya berubah menjadi jelata. Harta bendanya ditasarufkan habis untuk biaya perjuangan. Puncak pengorbanan Rasulullah diawal pengutusan adalah ketika Sayyidah Khadijah wafat di tenda pengungsian yang darurat. Istri pertama pemimpin Islam itu menananggalkan status bangsawan beserta semua atribut kekayaannya menghadap Rabbnya sebagai seorang hamba yang miskin papa.

Selain kisah diatas, dari sirah nabawiyah kita juga bisa menapaktilasi kembali jejak kepemimpinan Rasulullah SAW yang banyak melahirkan kisah pengorbanan. Beliau mewariskan keteladanan bagaimana menjadi pemimpin bagi pribadi, keluarga dan komunitasnya. Seorang figur pemimpin yang berani miskin. Beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu karena menahan lapar. Padahal jika beliau mau , banyak harta rampasan dan upeti dari wilayah taklukan yang bisa dimanfaatkan.

Sayyidina Umar RA bahkan pernah menangis terharu karena melihat Rasulullah SAW tidur hanya beralaskan anyaman tikar yang kasar. Padahal kedudukan Beliau saat itu sudah setara dengan Raja Persia dan Kaisar Roma, penguasa dua negara adidaya dizaman itu.

Periode kekhalifahan empat sahabat (khulafaur-rasyidin) juga diwarnai keteladanan tentang figur pemimpin yang pro rakyat. Khalifah Abu Bakar menghibahkan seluruh kekayaannya kepada Rasulullah SAW untuk kepentingan perjuangan. Khalifah Ustman bin Affan berani mengorbankan seluruh aset permodalan untuk pembiayaan peperang sehingga beliau dikenal dermawan. Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang hidupnya juga akrab dengan kemiskinan. Mereka semua ini meneladani seorang pemimpion yang tidak sempat kaya didunia karena kebutuhan agama dan bangsa lebih mendesak untuk didahulukan. Dia adalah Rasulullah SAW.

Dimasa Tabi'in, tersebutlah kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sebelum menjadi pemimpin beliau seorang yang kaya dan tampan rupawan. Setelah dilantik menjadi pemimpin beliau tampak kurus, miskin dan berkulit kering karena keprihatinan yang begitu tinggi.

Tidak adakah secuil hati nurani dimata para pemimpin dan politisi yang kemaruk harta kemaruk kekuasaan itu untuk mengambil suri tauladan dari mereka ? Ingatlah, seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Dengan sekuat tenaga, pikiran, harta dan jiwanya, seorang pemimpin harus berusaha memenuhi kebutuhan setiap warganya. Jika sudah berkomitmen begitu, seorang pemimpin tidak akan bisa sempat kaya apalagi menumpuk harta pribadi.

Barangkali, ditengah situasi seperti sekarang ini, kita hanya bisa bermimpi mendambakan sosok pemimpin seperti itu. Semoga Allah SWT meridhoi harapan itu walau masih mimpi. Amin ya rabbal alamin...

0 Komentar "Kemaruk Harta Kemaruk Kekuasaan", Baca atau Masukkan Komentar

Followers