Mengenang Mati Memaknai Hidup

Bersama : H. Sugeng Pramono
KEMATIAN bisa datang mengejutkan, tanpa pernah seorangpun menyadarinya. Tentu tak ada seorangpun yang mengingini kematian saat hidup begitu indah, nyaman, dan mudah atau disaat seseorang masih mencoba merasa-rasakan nikmat atau puncak kehidupan. Tapi tentu ada banyak orang yang mengingini hidup segera berakhir, saat dirinya terimpit begitu rupa oleh aneka ragam persoalan hidup.

Ditekan kiri dan kanan, dan tak ada ruang untuk bergerak sama sekali; sementara ia memiliki rasa malu sedemikian rupa yang ditanamkan masyarakat padanya semenjak kecil, saat seperti inilah seseorang merasa kecil dan terus dikecilkan. Maka, dengan perasaan seperti ini, ditambah dengan keringnya iman, banyak orang yang pada akhirnya memilih untuk memilih mati dengan cara bunuh diri.

Ilustrasi Mengenang mati
memaknai hidup
Apa yang sebenarnya kita inginkan dari kehidupan ini? ia begitu singkat jika dibandingkan dengan daur hidup yang abadi. Semuanya datang dan pergi. 'Urip mung mampir ngombe.' Demikian kata orang Jawa. Apa yang kemudian kita rencanakan dan telah persiapkan untuk masa sesudah hidup kita. Jika memikirkan ini seringkali kesedihan membebani bathin kita, dan mengingat bahwa ternyata banyak hal didalam hidup ini yang seolah begitu sia-sia.

Namun, kita tak akan merasa sia-sia jika memandang ada hidup sesudah hidup kita. Hidup anak-anak kita, hidup orang-orang dekat kita sesudah hidup kita berakhir. Dan apakah kedekatan itu, yang membuat seseorang mengenangkan orang lain sesudahnya? Mungkin ialah kebaikan, atau apa-apa yang kita usahakan baik bagi orang lain. Tanpa pamrih, intinya kita harus berbuat baik, sebab hanya amal kebaikan kitalah yang kelak dibawa ke alam kubur.

Mengenang kematian mestinya membuat kita menginsafi diri, menyadari apa-apa yang telah kita miliki, yang telah kita usahakan, dan apa yang masih tertinggal, atau bahkan masih kurang. Menginsafi diri membuat kita memandang ke cakrawala: apa yang tersisa untuk kita di depan sana, apa yang kita raih dimasa depan, dan bagaimana merencanakannya.

Merencanakan masa depan membuat kita berusaha mempersiapkan segalanya, sedikit demi sedikit, untuk kita asumsikan kemudian sebagai kebaikan yang akan kita tinggalkan untuk orang-orang yang akan mengenang kita sesudah kita tiada nanti.

Sedari nyawa masih dikandung jasad, hendaknya kita senantiasa mengingat bahwa segala kesenangan yang datang dalam hidup ini tak akan selamanya kita miliki dan ada bersama dengan kita. Dunia ini selalu silih berganti mengikuti takdirnya. Begitulah yang kerap terjadi pada diri kita, selepas susah ada kesenangan, selepas kesenangan selalu ada kesusahan. Ini tak ubahnya seperti selepas malam datanglah siang, demikian seterusnya.

Oleh karena itulah sewaktu senang hendaklah kita jangan sampai lupadaratan. Gunakan kesempatan ini untuk berbuat kebaikan, sebelum segalanya terlepas dari genggaman. Sebab bila kita lalai atas kesenangan yang kita dapatkan, maka apabila nanti kesengan itu pergi sedang kita hanya menggunakannya untuk keburukan semata, maka kitapun akan menyesalinya dengan tak berkesudahan. hal ini tentu saja apa guna, sebab penyesalan hanya akan menekan jiwa semata.

memang, kebanyakan dari kita kerap menghindari untuk berfikir tentang kematian. dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan diri dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang dengan kematian. bahkan pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang mereka yang tidak nyaman mendengarnya.

Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseot\rang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup satujam berikutnya. tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain disekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Kita mungkin tidak mengira bahwa kematian itu sentiasa sedang menunggu!

Setiap manusia, diciptakan seorang diri. Karena itulah kita harus waspada bahwa kita juga akan mati seorang diri. Tidak seorangpun dapat membawa harta bendanya kedalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. tubuh datang kedunia ini seorang diri dan pergi darinyapun dengan cara yang sama. Modal yang dapat dibawa seseorang ketika mati, sekali lagi, hanyalah amal-amal kebaikan saja. Semoga uraian singkat ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.

1 Komentar "Mengenang Mati Memaknai Hidup", Baca atau Masukkan Komentar

Aneka Resep Kue Nusantara said...

“Kehidupan tidak pasti, namun kematian itu pasti”.

banyak-2 berbuat kebajikan selagi masih hidup...:)

Followers