Rasa Takut Terhadap Allah

Bersama : Prayoga Gemilang

Setiap orang pasti takut pada kemiskinan. Karena alasan itulah maka para pejabat dan politisi banyak yang menjadi koruptor, para saudagar mencurangi takaran dan timbangan, para pengusaha mengurangi upah buruhnya, dan para hamba hukum menjual belikan perkara.

Inilah kenyataan yang kerap kita lihat dan kita rasakan dalam kehidupan masyarakat kita dewasa ini. Atas nama uang dan harta duniawi, orang seakan sah dan boleh-boleh saja melacurkan hati nuraninya. Sekali lagi, inti dari persoalan ini yang sebenarnya adalah karena mereka takut miskin.

Tetapi, pernahkah kita berfikir begini : "Andai saja perasaan takut miskin itu sama besarnya dengan perasaan takut kita terhadap Allah, maka apa yang akan terjadi kepada diri kita ?"

Jawabnya : Tentulah kita akan menjadi hamba-hamba yang senantiasa ingat akan datangnya maut. Dan andai saja pikiran semacam itu dapat singgah dihati sanubari para pejabat dan politisi, para saudagar, para pengusaha, para hakim, polisi, dan jaksa, maka tentulah takkan ada keculasan yang mereka lakukan. Namun, sayang seribu kali sayang, rasa takut pada kemiskinan justru jauh lebih mendominasi, sedangkan rasa takut kepada Allah hanya seakan-akan sepoy angin lalu belaka.

Kenyataan inilah yang telah menjungkirbalikkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di negeri tercinta ini. Sesungguhnya, dengan mengabaikan rasa takut terhadap Allah, maka runtuhlah sendi-sendi dasar keimanan. dan rusaknya sendi-sendi keimanan akan membuat hancur sendi-sendi kehidupan.

Sifat takut kepada Allah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk kita lestarikan. Bahkan, Sayyidina Abu Bakar Shidiq r.a. senantiasa merasa takut kepada Allah SWT. Padahal, dia adalah salah seorang sahabat yang telah dijamin Rasulullah SAW akan masuk Surga. "Orang yang pertama yang akan masuk Surga dikalangan umatku adalah Abu Bakar." Demikian sabda Nabi SAW.

Namun demikian, rasa takut Abu Bakar terhadap Allah sedemikian besarnya. Sedemikian tingginya rasa takut itu sehingga dia seringkali menangis. dia sering berkata untuk dirinya, "Alangkah baiknya jika saya menjadi sebatang pohon yang kemudian ditebang dan akan dijadikan kayu bakar." Disaat yang lain diapun berkata dengan air mata bercucuran, "Alangkah baiknya jika saya sehelai rumput yang akan habis dimakan binatang ternak."

Dalam riwayat yang lain dikisahkan pula tentang Abu Bakar yang tengah berada disebuah taman dan melihat seekor burung, lalu dia merasa sangat iri dengan burung itu. Dia berkata dengan air mata yang jatuh menitik, "Wahai burung, sungguh beruntung kamu, kamu makan, minum, dan terbang diantara pepohonan tampa perasaan takut tentang hari akhirat. Andaikan Abu Bakar bisa menjadi sepertimu, wahai burung."

Sedemikian hebatnya rasa takut (khauf) Abu Bakar terhadap Allah SWT, sehingga dia merasa jauh lebih baik menjadi sebatang pohon, sehelai rumput, atau seekor burung. Apakah kita pernah berfikir seperti itu? Sekali lagi, andai sifat takut terhadap Allah itu terpelihara dengan baik, tentulah takkan ada korupsi, manipulasi, kolusi dan berbagai bentuk kecurangan lainnya, yang kian tumbuh subur di negeri ini. Tapi celakanya perasaan takut miskin sudah jadi panglima, sedangkan rasa takut kepada Allah seakan hanyalah sahaya.

Pada suatu ketika saat dalam shalat shubuh, Sayyidina Umar r.a. yang ketika itu telah menduduki jabatan sebagai khalifah membaca surat Yusuf, dan ketika sampai ayat ini :"Sesungguhnya hanya kepada Allah saya mengadukan kesusahan dan kesedihanku" (QS. Yusuf : 86), Umarpun menangis sehingga suaranya tidak lagi terdengar. Terkadang dalam Shalat Tahajudnya, Umar r.a. membaca ayat-ayat Al-Qur'an sambil menangis, sehingga dia jatuh dan sakit.

Umar sering kali menangis dalam shalatnya disebabkan karena dia begitu takut kepada Allah. Apakah ita pernah melakukan hal semacam ini, atau paling tidak mencobanya?

Semoga kajian singkat ini bermanfaat. Dan, mari kita suburkan sifat takut terhadap Allah SWT didalam diri kita! ®.

0 Komentar "Rasa Takut Terhadap Allah", Baca atau Masukkan Komentar

Followers