Dan Kitapun Kembali Ke Asal Penciptaan

Bersama : H. Sugeng Pramono

Manusia adalah mahkluk yang paling sempurna dari seluruh ciptaan Allah SWT. Kesempurnaan tersebut merupakan fitrah yang dengan sendirinya mengantarkan manusia pada kedudukan yang tinggi dan mulia, bahkan dari Malaikat sekalipun.

Kemulian manusia bukan semata hanya karena secara fisik bentuknya lebih baik dan lebih sempurna dari mahkluk Allah lainnya. Namun kemulian dimaksud lebih karena adanya sifat-sifat Illahiyah yang diberikan Allah kepada manusia. Ini ditandai dengan ditiupkanNya Ruh Allah kedalam diri manusia.

Dengan kesempurnaan yang secara kudrati melekat dalam dirinya, maka, pada hakikatnya manusia siap memiliki sikap-sikap luhur, baik dan suci. Dengan kata lain, secara sifat kudrati manusia adalah mahkluk yang suci dan selalu ingin hidup dalam kesucian. Namun, anasir-anasir yang ada diluar diri manusia yang kemudian mengubah sebagian, atau bahkan seluruhnya.

Semoga saja, kesucian atau fitrah itu kembali menjadi milik kita, seiring dengan berlalunya bulan suci Ramadhan. Semoga pula keagungan Ramadhan yang telah berlalu itu tidak kita biarkan sirna begitu saja, namaun masih membekas dalam sanubari dan menjadipenerang untuk berjalan selanjutnya.


Mudah-mudahan pula selepas bulan suci Ramadhan ini kita bisa lebih daik dari dan sebelumnya. Serta semoga kiranya semangat Ramadhan akan terus terbawa setelah kita kembali kepada fitrah. Selain itu, pribadi kita menjadi pribadi yang sangat luar biasa, karena hasil didikan di bulan seribu bulan tersebut.

Percayalah, tak ada istilah terlambat, bila kita mau menjadi yang spesial disisi Allah SWT.

Marilah melihat kenyataan hidup yang menghadang kita. Tentunya, kita merasakan bahwa dalam kehidupan masa kini yang penuh dengan tantangan dan godaan, terkadang sifat-sifat suci sebagai manusia memang dapat dengan mudah terbenam dan tertimbun oleh pengaruh-pengaruh bafsu dan godaan setan. Manusia, karena memperturutkan hawa nafsu, mudah dijangkiti oleh sifat-sifat yang merendahkan derajat kemanusiaannya, seperti serakah, mau menang sendiri, suka mengambil sesuatu yang bukanmiliknya, menyakiti orang lain, dengki dan suka menfitnah. Bisikan iblis telah membuat manusia melakukan apa saja agar bisa tetap survive dalam kehidupannya.

Marilah jujur kepada diri sendiri. Bukankah kenyataan hidup yang sulit, terkadang dapat membuat kita sulit untuk berdialog dengan hati nurani sehingga tidak mudah untuk menangkap cahaya kebaikan yang ada dari dan didalam diri sendiri.

Ya, sengaja atau tidak, kita kerap kali meninggalkan dan membiarkan nurani terpuruk kedalam lumpur kehidupan materialisme, hedonisme dan individualisme.

Karena itulah, semoga kiranya selama Ramadhan lalu kita semua telah melakukan pencarian kreatif terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal yang selama ini mungkin tertimbun dalam belantara belukar kehidupan yang penuh goda dan tantangan. Timbunan tersebut harus terus digali sehingga kita berhasil menemukannya, membersihkannya, untuk kemudian mengembalikan pada kesuciannya.

Marilah kita renungi, bahwa sesungguhnya puasa Ramadhan merupakan proses awal pencerahan spiritual dan peningkatan kualitas menuju mabusia sempurna. Karena itulah jangan pernah kita sia-siakan penggemblengan yang diberikan oleh Allah tersebut.

Sudah semestinya pula setelah Idul Fitri kita mengalami pencerahan. Mungkin, pada malam Idul Fitri, tak jarang dalam kesendiriannya seseorang akan menitikkan air mata ketika mengucapkan Asma Allah atau mendengar takbir yang menggema. Dia tiba-tiba merasa malu dihadapan Allah; Betapa kehidupan dunia telah melalaikannya. Atau: betapa dalam kehidupan ini, secara personal maupun sosial banyak hal-hal yang telah dilakukan akibat butanya mata hati.

Semoga hal tersebut menjadi bahan renungan kita bersama. Semoga Idul Fitri tahun ini benar-benar menjadi awal dari kecerahan hidup kita bersama.

Hendaknya pula, Idul Fitri menyentakkan kita semua untuk sadar dari kungkungan nafsu duniawi. Kesadaran ini akan mengantarkan kita pada penyadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan, seraya berusaha mangangkat kembali nilai-nilai insaniah yang selama ini terabaikan. Semoga kitapun kembali kepada asal penciptaan, yakni sebagai insan yang fitrah.

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi yang gemar membacanya. . .!

0 Komentar "Dan Kitapun Kembali Ke Asal Penciptaan", Baca atau Masukkan Komentar

Followers