Seorang guru mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya.
Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.
"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.
"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau,tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan Guru, begitu pikirnya.
"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"
"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
Tentu saja,danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?" tanya guru kepada muridnya.
"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.
Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.
"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Tuhan, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."
Si murid terdiam, mendengarkan.
"Tapi, rasa 'asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'hati' yang menampungnya. Jadi , supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan 'hati' dalam dadamu itu jadi sebesar danau."
Beranda » Archives for August 2011
7:50:00 PM
8:00:00 PM
Kapan Terakhir Anda Mengasah Kapak Anda?
Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?" "Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.
"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan.
Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. "Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu" Istirahat bukan berarti berhenti. "Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu" Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu."
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?" "Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga," kata si penebang.
"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan.
Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. "Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu" Istirahat bukan berarti berhenti. "Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu" Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!
8:00:00 PM
Percayalah Intuisi Anda
Berapa sering anda berkata kepada diri sendiri, setelah menghadapi kenyataan, "Aku tau seharusnya aku melakukan itu ?” Berapa sering anda secara intuitif mengetahui sesuatu tetapi malahan membuat diri anda berusaha memikirkan pemecahannya sendiri?
Mempercayai intuisi berarti mendengarkan dan mempercayai bahwa suara batin yang hening ini mengetahui apa yang perlu kita lakukan, tindakan apa yang perlu diambil, atau perubahan apa yang perlu diambil dalam hidup kita. Banyak dari kita tidak mendengarkan intuisi karena takut bahwa tak mungkin kita mengetahui sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu, atau takut bahwa jawaban yang benar mungkin dapat sangat jelas.
Kita mengatakan sesuatu kepada diri kita seperti ini, "Ini tak mungkin benar" atau "Aku tak mungkin melakukan ini." Dan, begitu kita membiarkan pikiran kita ini memasuki gambaran itu, kita akan mengabaikan gambaran itu. Kita lalu mengajukan keterbatasan-keterbatasan kita, yang kemudian jadi melekat pada diri kita.
Bila kita dapat mengatasi rasa takut bahwa intuisi kita akan memberi jawaban yang salah, bila kita dapat belajar mempercayainya, hidup kita akan menjadi petualangan ajaib seperti yang kita inginkan. Mempercayai intuisi seperti menghilangkan hambatan untuk memperoleh kenikmatan dan kebijakan. Inilah cara untuk membuka mata dan hati terhadap sumber kebijakan dan kecerdasan yang terbesar.
Bila anda tak terbiasa mempelajari intuisi, mulailah dengan menyisihkan sedikit waktu hening untuk menjernihkan pikiran dan dengarkanlah. Abaikan dan hilangkan pikiran yang biasa ada di kepala dan pikiran yang merusak diri yang memasuki pikiran dan perhatikanlah pikiran-pikiran tenang yang mulai muncul.
Bila anda merasakan ada pikiran-pikiran menyenangkan yang tidak biasa muncul di kepala anda, perhatikanlah dan ambillah tindakan. Bila, sebagai contoh, anda mendapatkan pesan untuk menulis atau menelepon seorang yan anda cintai, lakukanlah. Bila intuisi mengatakan anda harus memperlambat kegiatan atau meluangkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri, usahakanlah agar itu terjadi.
Bila anda diingatkan akan sebuah kebiasaan yang perlu diperhatikan, perhatikanlah. Anda akan menemukan bahwa bila intuisi memberikan pesan dan anda membalasnya dengan melakukan tindakan, anda sering kali akan diberi imbalan berupa pengalaman positif yang menyenangkan.
Mulailah mempercayai intuisi Anda hari ini dan Anda akan menyaksikan dunia yang lebih berbeda dalam hidup ini.
Mempercayai intuisi berarti mendengarkan dan mempercayai bahwa suara batin yang hening ini mengetahui apa yang perlu kita lakukan, tindakan apa yang perlu diambil, atau perubahan apa yang perlu diambil dalam hidup kita. Banyak dari kita tidak mendengarkan intuisi karena takut bahwa tak mungkin kita mengetahui sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu, atau takut bahwa jawaban yang benar mungkin dapat sangat jelas.
Kita mengatakan sesuatu kepada diri kita seperti ini, "Ini tak mungkin benar" atau "Aku tak mungkin melakukan ini." Dan, begitu kita membiarkan pikiran kita ini memasuki gambaran itu, kita akan mengabaikan gambaran itu. Kita lalu mengajukan keterbatasan-keterbatasan kita, yang kemudian jadi melekat pada diri kita.
Bila kita dapat mengatasi rasa takut bahwa intuisi kita akan memberi jawaban yang salah, bila kita dapat belajar mempercayainya, hidup kita akan menjadi petualangan ajaib seperti yang kita inginkan. Mempercayai intuisi seperti menghilangkan hambatan untuk memperoleh kenikmatan dan kebijakan. Inilah cara untuk membuka mata dan hati terhadap sumber kebijakan dan kecerdasan yang terbesar.
Bila anda tak terbiasa mempelajari intuisi, mulailah dengan menyisihkan sedikit waktu hening untuk menjernihkan pikiran dan dengarkanlah. Abaikan dan hilangkan pikiran yang biasa ada di kepala dan pikiran yang merusak diri yang memasuki pikiran dan perhatikanlah pikiran-pikiran tenang yang mulai muncul.
Bila anda merasakan ada pikiran-pikiran menyenangkan yang tidak biasa muncul di kepala anda, perhatikanlah dan ambillah tindakan. Bila, sebagai contoh, anda mendapatkan pesan untuk menulis atau menelepon seorang yan anda cintai, lakukanlah. Bila intuisi mengatakan anda harus memperlambat kegiatan atau meluangkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri, usahakanlah agar itu terjadi.
Bila anda diingatkan akan sebuah kebiasaan yang perlu diperhatikan, perhatikanlah. Anda akan menemukan bahwa bila intuisi memberikan pesan dan anda membalasnya dengan melakukan tindakan, anda sering kali akan diberi imbalan berupa pengalaman positif yang menyenangkan.
Mulailah mempercayai intuisi Anda hari ini dan Anda akan menyaksikan dunia yang lebih berbeda dalam hidup ini.
8:00:00 PM
Burung Gagak
Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang baru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon. Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak sambil bertanya, "Nak, apakah benda tersebut?" "Burung gagak", jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras, "Itu burung gagak ayah!"
Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, "BURUNG GAGAK!!"
Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, "Gagak ayah.......".
Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah.
"Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya. Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.
"Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah. Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........
"Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apakah itu?". Dan aku menjawab, "Burung gagak". Walau bagaimanapun, anakku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga."
Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah."
Sobat, ada beberapa ilmu yang bisa kita ambil dari cerita singkat ini, sebuah pengalaman hidup tentang kesabaran. Kita selalu angkuh dengan pertanyaan yang berulang kali harus kita jawab, dengan pertanyaan yang sama dan dengan jawaban yang sama. Sebenarnya ini hanyalah ujian tentang kesabaran. Namun, kadang kita sendiri tidak menyadari bahwa itu adalah ujian tentang kesabaran, kita sering lalai dengan kehidupan ini, yang kita tahu hanyalah kesenangan.
Cerita ini sangat menarik bagi saya pribadi tentang kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya yang ingin tahu tentang sesuatu hal, mengajarkan kita tentang besarnya makna kesabaran. Sudahkah sobat mampu bersabar demi orang yang sobat sayangi ?
Si ayah mengangguk-angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit keras, "Itu burung gagak ayah!"
Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih keras, "BURUNG GAGAK!!"
Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah-ogahan menjawab pertanyaan si ayah, "Gagak ayah.......".
Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah.
"Ayah!!! saya tidak mengerti ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan sayapun sudah memberikan jawabannya. Apakah yang ayah ingin saya katakan???? Itu burung gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah kemudian bangkit menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran. Sebentar kemudian si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah dan bertanya-tanya. Ternyata benda tersebut sebuah diari lama.
"Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah. Si anak taat dan membaca bagian yang berikut..........
"Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apakah itu?". Dan aku menjawab, "Burung gagak". Walau bagaimanapun, anakku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga."
Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, "Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah."
Sobat, ada beberapa ilmu yang bisa kita ambil dari cerita singkat ini, sebuah pengalaman hidup tentang kesabaran. Kita selalu angkuh dengan pertanyaan yang berulang kali harus kita jawab, dengan pertanyaan yang sama dan dengan jawaban yang sama. Sebenarnya ini hanyalah ujian tentang kesabaran. Namun, kadang kita sendiri tidak menyadari bahwa itu adalah ujian tentang kesabaran, kita sering lalai dengan kehidupan ini, yang kita tahu hanyalah kesenangan.
Cerita ini sangat menarik bagi saya pribadi tentang kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya yang ingin tahu tentang sesuatu hal, mengajarkan kita tentang besarnya makna kesabaran. Sudahkah sobat mampu bersabar demi orang yang sobat sayangi ?
8:00:00 PM
Anjing Yang Malang
Kisah ini menceritakan tentang sebuah keluarga petani yang tinggal di sebuah desa. Keluarga petani ini di karuniakan seorang putri yang masih berumur enam bulan. Mereka juga memelihara seekor anjing yang sangat mereka sayangi. Anjing itu begitu pintar dan setia kepada majikannya. Ia bisa diandalkan untuk membantu pasangan petani itu di dalm menjaga sawahnya.
Mereka tidak perlu membuang waktu untuk menjaga burung-burung atau tikus yang akan merusak tanaman padi, karena si anjing setia akan mengusir burung-burung yang datang untuk melahap padi mereka. Karena kegesitannya anjing setia itu selalu berhasil menangkap tikus-tikus nakal yang merusak tanaman padi dan mencabik-cabik tubuh mereka.
Pagi itu si petani bermaksud menjual hasil sawahnya ke kota, tetapi kali ini ia terpaksa harus mengajak istrinya karena banyaknya hasil sawah yang harus mereka bawa ke pasar. Masalahnya, siapa yang akan menjaga si kecil yang baru berumur enam bulan itu? “Kan ada si anjing,” kata pak tani kepada istrinya. Maka berangkatlah suami istri itu ke pasar dan mempercayakan pengawasan bayi mereka kepada si anjing setia. Toh selama ini kesetiaan dan kepintarannya sudah terbukti.
Setelah semua hasil panennya habis terjual, mereka pun pulang ke rumah. Melihat majikannya datang, dari kejauhan si anjing menyalak, melompat-lompat sambil berputar-putar seolah ingin memberitahukan kepada majikannya, “Cepat ke mari, ada sesuatu yang sudah terjadi.” setelah dekat, suami-istri itu pun kaget bukan kepalang. Betapa tidak, mereka melihat moncong si anjing berlumuran darah. “Pastilah anjing ini sudah memakan bayi kita.” Jerit istri petani histeris.
Serta merta si pak tani mengambil sebatang kayu, sambil mencaci maki si anjing, “anjing kurang ajar, tidak tahu diuntung, teganya engkau memakan bayi kami.” Sekuat tenaga si pak tani itu memukulkan kayu ke kepala anjing tersebut. Anjing itu pun sempoyongan, berteriak lemah dan memandang tuannya dengan mata sayu, setelah itu ia rebah dan tak bernyawa dekat kaki tuannya.
Suami – istri itu bergegas ke dalam dan di sana mereka melihat bayi kecil mereka sedang tertidur lelap. Di bawah tempat tidurnya, tampak bangkai ular besar dengan darah yang berceceran di tanah bekas gigitan si anjing. Suami-istri itu pun duduk terkulai. Penyesalan mendera hati mereka karena telah membunuh anjing setia yang justru telah menyelematkan nyawa bayi mereka dari serangan si ular besar.
Cerita ini mengajak kita kembali kepada pengajaran firman Tuhan, tentang bagaimana kita harus menguasai diri sepenuhnya dan tidak cepat terbakar emosi dalam kemarahan. Banyak permasalahan yang timbul dikarenakan emosi yang tidak terkendali. Mari kita melatih diri untuk mengendalikan emosi, sehingga kita tidak melakukan tindakan yang bodoh.
Mereka tidak perlu membuang waktu untuk menjaga burung-burung atau tikus yang akan merusak tanaman padi, karena si anjing setia akan mengusir burung-burung yang datang untuk melahap padi mereka. Karena kegesitannya anjing setia itu selalu berhasil menangkap tikus-tikus nakal yang merusak tanaman padi dan mencabik-cabik tubuh mereka.
Pagi itu si petani bermaksud menjual hasil sawahnya ke kota, tetapi kali ini ia terpaksa harus mengajak istrinya karena banyaknya hasil sawah yang harus mereka bawa ke pasar. Masalahnya, siapa yang akan menjaga si kecil yang baru berumur enam bulan itu? “Kan ada si anjing,” kata pak tani kepada istrinya. Maka berangkatlah suami istri itu ke pasar dan mempercayakan pengawasan bayi mereka kepada si anjing setia. Toh selama ini kesetiaan dan kepintarannya sudah terbukti.
Setelah semua hasil panennya habis terjual, mereka pun pulang ke rumah. Melihat majikannya datang, dari kejauhan si anjing menyalak, melompat-lompat sambil berputar-putar seolah ingin memberitahukan kepada majikannya, “Cepat ke mari, ada sesuatu yang sudah terjadi.” setelah dekat, suami-istri itu pun kaget bukan kepalang. Betapa tidak, mereka melihat moncong si anjing berlumuran darah. “Pastilah anjing ini sudah memakan bayi kita.” Jerit istri petani histeris.
Serta merta si pak tani mengambil sebatang kayu, sambil mencaci maki si anjing, “anjing kurang ajar, tidak tahu diuntung, teganya engkau memakan bayi kami.” Sekuat tenaga si pak tani itu memukulkan kayu ke kepala anjing tersebut. Anjing itu pun sempoyongan, berteriak lemah dan memandang tuannya dengan mata sayu, setelah itu ia rebah dan tak bernyawa dekat kaki tuannya.
Suami – istri itu bergegas ke dalam dan di sana mereka melihat bayi kecil mereka sedang tertidur lelap. Di bawah tempat tidurnya, tampak bangkai ular besar dengan darah yang berceceran di tanah bekas gigitan si anjing. Suami-istri itu pun duduk terkulai. Penyesalan mendera hati mereka karena telah membunuh anjing setia yang justru telah menyelematkan nyawa bayi mereka dari serangan si ular besar.
Cerita ini mengajak kita kembali kepada pengajaran firman Tuhan, tentang bagaimana kita harus menguasai diri sepenuhnya dan tidak cepat terbakar emosi dalam kemarahan. Banyak permasalahan yang timbul dikarenakan emosi yang tidak terkendali. Mari kita melatih diri untuk mengendalikan emosi, sehingga kita tidak melakukan tindakan yang bodoh.
8:00:00 PM
Nyanyian Seorang Kakak
Seorang ibu muda, Karen namanya, sedang mengandung bayinya yang kedua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael, anaknya yang pertama yang baru berusia 3 tahun, untuk menerima kehadiran adiknya. Michael senang sekali. Kerap kali ia menempelkan telinganya di perut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih di perut ibunya itu.
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen, "Bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi." Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Lain halnya dengan Michael. Sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus! "Mami... aku mau nyanyi buat adik kecil!" Ibunya kurang tanggap. "Mami... aku pengen nyanyi!!" Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya. "Mami.... aku kepengen nyanyi!!!" Itu berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael sebagai rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. "Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!" batinnya.
Ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU. "Anak kecil dilarang masuk!" Karen ragu-ragu. "Tapi, suster...." suster tak mau tahu. "Ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!"
Karen menatap tajam suster itu, lalu berkata, "Suster, sebelum diizinkan bernyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!" Suster terdiam menatap Michael dan berkata, "Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!"
Demikianlah, kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya... Lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey...."
Ajaib! Si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. "You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away."
Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan, "Terus.... terus Michael! Teruskan sayang...," bisik ibunya sambil menangis.
"The other night, dear, as I laid sleeping, I dreamt, I held you in my..." Dan, Sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur..." I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same..." Sang adik kelihatan begitu tenang, sangat tenang.
"Lagi sayang..." bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan.... adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan damai... lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa!
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you".
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagi-NYA bila IA menghendaki terjadi.
Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh di luar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen, "Bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi." Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya bila sewaktu-waktu dipanggil Tuhan.
Lain halnya dengan Michael. Sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus! "Mami... aku mau nyanyi buat adik kecil!" Ibunya kurang tanggap. "Mami... aku pengen nyanyi!!" Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya. "Mami.... aku kepengen nyanyi!!!" Itu berulang kali diminta Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael sebagai rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak. Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. "Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup!" batinnya.
Ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU. "Anak kecil dilarang masuk!" Karen ragu-ragu. "Tapi, suster...." suster tak mau tahu. "Ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!"
Karen menatap tajam suster itu, lalu berkata, "Suster, sebelum diizinkan bernyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!" Suster terdiam menatap Michael dan berkata, "Tapi tidak boleh lebih dari lima menit!"
Demikianlah, kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya... Lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring "You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey...."
Ajaib! Si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya. "You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away."
Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan, "Terus.... terus Michael! Teruskan sayang...," bisik ibunya sambil menangis.
"The other night, dear, as I laid sleeping, I dreamt, I held you in my..." Dan, Sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur..." I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same..." Sang adik kelihatan begitu tenang, sangat tenang.
"Lagi sayang..." bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan.... adiknya kelihatan semakin tenang, rileks dan damai... lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.
Hari berikutnya, satu hari kemudian, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah terapi ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa!
Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan "How much I love you".
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil "Michael" untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagi-NYA bila IA menghendaki terjadi.
8:00:00 PM
Nikmatilah Kopinya, Bukan Cangkirnya
Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stess di pekerjaan dan kehidupan mereka.
Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : “Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."
"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."
"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.
Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.
Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : “Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."
"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Dalam banyak kasus, itu hanya lebih mahal dan dalam beberapa kasus bahkan menyembunyikan apa yang kita minum. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."
"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya. Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.
Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia. Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda.
8:00:00 PM
Pengorbanan Seorang Ibu
Di sebuah kerajaan, hiduplah seorang ibu dan anak laki-laki satu-satunya, sementara suaminya telah lama meninggal karena sakit. Anak lelaki itu sayangnya mempunyai perilaku buruk, tukang bikin onar, melakukan berbagai tindak kriminal dan semacamnya.
Sang ibu beberapa kali menasehati agar anaknya tidak melakukan berbagai hal buruk lagi, namun sayang semua itu tidak didengar.
Sampai suatu saat, si anak melakukan perampokan dan pembunuhan secara sadis. Masyarakat yang sudah geram dengan tingkahnya segera menangkapnya dan menyerahkan pada sang raja untuk diberi hukuman. setelah berbagai pertimbangan dan laporan dari masyarakat, akhirnya diputuskan si anak akan dihukum mati.
Mendengar anaknya akan dihukum mati, sang ibu langsung menemui raja, walau seburuk apapun prilaku anaknya, kasih sayangnya tak pernah hilang. Dihadapan raja, sang ibu bersimpuh dan bersujud memohon pengampunan. Raja bukannya tak kasihan atau iba pada ibu itu namun kesalahan anak sang ibu sudah terlalu besar, oleh karena itu dengan meminta maaf pada ibu itu, raja mengatakan tak bisa memberi pengampunan, anak sang ibu tetap akan dihukum mati besok pagi tepat saat lonceng kerajaan pertama kali berbunyi.
Keesokan pagi semua orang sudah berkumpul dilapangan untuk menyaksikan jalannya hukuman mati mereka hanya tinggal menunggu lonceng kerajaan dibunyikan. Namun aneh, sudah lewat beberapa menit dari waktu seharusnya, tetapi lonceng tak juga berbunyi. maka raja dan beberapa orang segera memeriksa kenapa lonceng tak juga berbunyi.
Di menara lonceng, petugas yang seharusnya membunyikan lonceng juga merasa heran, ia sudah menarik tali lonceng beberapa kali namun tak ada suara nyaring yang keluar. Raja kemudian memerintahkan seseorang untuk naik memeriksa lonceng.
Belum juga lonceng diperiksa, tiba-tiba dari tali lonceng mengalir darah segar. Dan ketika diperiksa ternyata darah itu berasal dari ibu si terhukum mati, ia mengikatkan diri di bandul lonceng, sehingga ketika tali ditarik, kepalanya lah yang menghantam dinding lonceng. ia melakukan itu semua sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan anaknya walalupun hanya beberapa menit.
Sang anak meraung raung menangis menyesali semua perbuatannya, dan besarnya kasih sayang ibunya walaupun ia sering berbuat jahat.
Hari itu tak ada seorangpun yang tak meneteskan air mata.
Sobat, jangan pernah sia-siakan apa yang telah orang tua kita berikan kepada kita. Hargailah apa yang telah mereka lakukan terhadap kita, semua itu mereka lakukan hanya demi kebahagiaan untuk kita, mereka siap lapar untuk kekenyangan kita, siap kedinginan agar kita kehangatan, dan siap menderita demi melihat kita bahagia. Begitu besar pengorbanan yang telah mereka berikan. Sudahkan kita mampu untuk membalas semua yang telah mereka berikan untuk kita ?
Sang ibu beberapa kali menasehati agar anaknya tidak melakukan berbagai hal buruk lagi, namun sayang semua itu tidak didengar.
Sampai suatu saat, si anak melakukan perampokan dan pembunuhan secara sadis. Masyarakat yang sudah geram dengan tingkahnya segera menangkapnya dan menyerahkan pada sang raja untuk diberi hukuman. setelah berbagai pertimbangan dan laporan dari masyarakat, akhirnya diputuskan si anak akan dihukum mati.
Mendengar anaknya akan dihukum mati, sang ibu langsung menemui raja, walau seburuk apapun prilaku anaknya, kasih sayangnya tak pernah hilang. Dihadapan raja, sang ibu bersimpuh dan bersujud memohon pengampunan. Raja bukannya tak kasihan atau iba pada ibu itu namun kesalahan anak sang ibu sudah terlalu besar, oleh karena itu dengan meminta maaf pada ibu itu, raja mengatakan tak bisa memberi pengampunan, anak sang ibu tetap akan dihukum mati besok pagi tepat saat lonceng kerajaan pertama kali berbunyi.
Keesokan pagi semua orang sudah berkumpul dilapangan untuk menyaksikan jalannya hukuman mati mereka hanya tinggal menunggu lonceng kerajaan dibunyikan. Namun aneh, sudah lewat beberapa menit dari waktu seharusnya, tetapi lonceng tak juga berbunyi. maka raja dan beberapa orang segera memeriksa kenapa lonceng tak juga berbunyi.
Di menara lonceng, petugas yang seharusnya membunyikan lonceng juga merasa heran, ia sudah menarik tali lonceng beberapa kali namun tak ada suara nyaring yang keluar. Raja kemudian memerintahkan seseorang untuk naik memeriksa lonceng.
Belum juga lonceng diperiksa, tiba-tiba dari tali lonceng mengalir darah segar. Dan ketika diperiksa ternyata darah itu berasal dari ibu si terhukum mati, ia mengikatkan diri di bandul lonceng, sehingga ketika tali ditarik, kepalanya lah yang menghantam dinding lonceng. ia melakukan itu semua sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan anaknya walalupun hanya beberapa menit.
Sang anak meraung raung menangis menyesali semua perbuatannya, dan besarnya kasih sayang ibunya walaupun ia sering berbuat jahat.
Hari itu tak ada seorangpun yang tak meneteskan air mata.
Sobat, jangan pernah sia-siakan apa yang telah orang tua kita berikan kepada kita. Hargailah apa yang telah mereka lakukan terhadap kita, semua itu mereka lakukan hanya demi kebahagiaan untuk kita, mereka siap lapar untuk kekenyangan kita, siap kedinginan agar kita kehangatan, dan siap menderita demi melihat kita bahagia. Begitu besar pengorbanan yang telah mereka berikan. Sudahkan kita mampu untuk membalas semua yang telah mereka berikan untuk kita ?
8:00:00 PM
Kisah Yang Tak Pernah Berakhir
Di lapangan yang luas, duduklah seorang pemuda, Dandi namanya. Hari itu dia sangat letih sehabis latihan renang bersama pacarnya. Ya, Dandi sangat suka sekali berenang begitu juga Diah. Setelah mengantarkan Diah pulang ke rumahnya, Dandi duduk di lapangan. Hal ini sering dia lakukan.
Namun, di hari yang cerah itu suasana menjadi berbeda. Karena biasanya Dandi ke lapangan untuk mengulangi mimpi-mimpi yang dia rangkai sendiri. Dia seorang pemimpi. Pernah suatu kali dia punya mimpi untuk membahagiakan orang tuanya. Sayangnya, hal itu belum terwujud sampai saat ini. Dia ingin sekali melihat orang tuanya bahagia karena dirinya.
Mimpi itu muncul saat dia baru menyadari bahwa banyak pengorbanan yang telah dilakukan orang tuanya untuk dirinya. Ayahnya seorang pegawai sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia sangat bahagia memiliki mereka berdua. Apalagi ditambah dengan kehadiran Diah pacarnya.
Sekarang Dandi di lapangan mengingat-ngingat orang-orang yang telah pernah hadir dalam kehidupannya. "Aku melupakan sesuatu dalam hidupku, yang baru kusadari dalam hidupku ini" ujar Dandi dalam hati. "Aku melupakan orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku dulu. Mereka memang bukan orang yang luar biasa. Tapi mereka adalah orang yang istimewa. Kenapa baru aku sadari sekarang ya?" Dandi terus begitu, memberikan tanya pada dirinya sendiri sampai senja pun datang.
Tidak terasa matahari pun ingin mengucapkan selamat sore dengan perlahan menghilang di ufuk barat. Dari arah senja muncul sesosok gadis yang menghampiri Dandi. Dia adalah Diah pacarnya Dandi. "Dandi sudah lama ya disini? Bolehkan aku duduk di sampingmu" kata Diah sambil mulai duduk di sampingnya Dandi. Lalu Dandi menoleh dan berkata "Lho Diah, kenapa ke sini? Tadi dah keramas khan? Sedikit lama sih, tapi menyenangkan." Dandi begitu perhatian.
Diah pun menjawab pertanyaan sambil tersenyum "Udah dong sayang, Diah gitu. Owh ya, tadi tante menghubungi, Diah bilang Dandi belum pulang, jadi Diah kesini. Karena Diah tahu tempat favorit Dandi khan disini." Diah lalu memandang sekeliling dan melanjutkan pembicaraan. "Dandi lagi mikirin apa? Kayanya seru gitu, sampai saat aku kesini tadi Dandi tidak memperhatikan?"
"Begini Diah, aku lagi berpikir tentang orang-orang yang pernah dekat Dengan diriku" Diah mengerutkan wajahnya. Dandi memperhatikan lalu melanjutkan. "Sayang sayang bukannya aku mikirin mantanku. Maksudku tadi dalam artian luas."
"Memangnya kenapa dengan mereka Dandi?" kata Diah yang sudah tidak cemberut lagi. Diah tertarik dengan apa yang dipikirkan Dandi.
"Semua yang telah mereka lakukan terhadapku aku rasa demi kebaikanku. Kenapa aku bisa bilang begitu? Baru aku sadari aku tidak pernah melihat diriku dari sudut pandang mereka. Dulu aku hanya mementingkan diriku sendiri, tanpa ku tahu bahwa di sekelilingku banyak yang memperhatikan diriku dengan cara mereka. Terkadang cara yang mereka lakukan bertentangan dengan apa yang biasa kulakukan. Sungguh keliru pendapatku selama ini."
"Sayang, sudahlah itu sudah menjadi masa lalu. Diah kagum dengan pemikiran Dandi, Dandi bisa menyadari hal itu. Diah jadi tambah bangga punya pacar seperti Dandi. Kalau sudah Dandi berpikiran seperti itu sebaiknya Dandi tahu khan apa yang perlu Dandi lakukan?"
"Hari ini, aku akan lebih melihat orang lain dari sudut pandang dirinya Diah. Aku tidak lagi menghiraukan mereka. Karena mereka yang membuat hidupku berarti. Seperti juga kedua orang tua ku dan Diah sendiri."
"Dandi, jangan berlebihan nanti helmku yang biasa ku pakai tidak muat lagi. Mau tanggung jawab?" Tukas Diah sambil memecahkan perbincangan serius mereka. "Sayang sepertinya sudah sore sekali, kita pulang ya?"
"Oh ya juga Diah, mari pulang kalau begitu." Kata Dandi sambil bangkit kemudian menggandeng tangan Diah.
Dandi lalu mengantar Diah pulang terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya. Rumah Diah tidak jauh dari lapangan tadi. Keesokan paginya Dandi beraktivitas seperti biasanya. Dandi sudah siap-siap memanasi motornya. Lalu dia pun berangkat ke sekolah namun sebelumnya Dandi menjemput Diah. Walau sekolah mereka berbeda Dandi dengan senang hati menjemput Diah.
Hari pun berlalu, Dandi melakukan aktivitas seperti berulang-ulang. Namun, kali ini menjadi berbeda karena dia sudah menyadari ada hal yang penting dalam hidupnya. Yaitu lebih menghargai orang–orang di sekelilingnya. Tanpa mereka Dandi tidak bisa berdiri. Hanya dengan seperti itu, hidupnya lebih berarti.
Namun, di hari yang cerah itu suasana menjadi berbeda. Karena biasanya Dandi ke lapangan untuk mengulangi mimpi-mimpi yang dia rangkai sendiri. Dia seorang pemimpi. Pernah suatu kali dia punya mimpi untuk membahagiakan orang tuanya. Sayangnya, hal itu belum terwujud sampai saat ini. Dia ingin sekali melihat orang tuanya bahagia karena dirinya.
Mimpi itu muncul saat dia baru menyadari bahwa banyak pengorbanan yang telah dilakukan orang tuanya untuk dirinya. Ayahnya seorang pegawai sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Dia sangat bahagia memiliki mereka berdua. Apalagi ditambah dengan kehadiran Diah pacarnya.
Sekarang Dandi di lapangan mengingat-ngingat orang-orang yang telah pernah hadir dalam kehidupannya. "Aku melupakan sesuatu dalam hidupku, yang baru kusadari dalam hidupku ini" ujar Dandi dalam hati. "Aku melupakan orang-orang yang sangat berarti dalam hidupku dulu. Mereka memang bukan orang yang luar biasa. Tapi mereka adalah orang yang istimewa. Kenapa baru aku sadari sekarang ya?" Dandi terus begitu, memberikan tanya pada dirinya sendiri sampai senja pun datang.
Tidak terasa matahari pun ingin mengucapkan selamat sore dengan perlahan menghilang di ufuk barat. Dari arah senja muncul sesosok gadis yang menghampiri Dandi. Dia adalah Diah pacarnya Dandi. "Dandi sudah lama ya disini? Bolehkan aku duduk di sampingmu" kata Diah sambil mulai duduk di sampingnya Dandi. Lalu Dandi menoleh dan berkata "Lho Diah, kenapa ke sini? Tadi dah keramas khan? Sedikit lama sih, tapi menyenangkan." Dandi begitu perhatian.
Diah pun menjawab pertanyaan sambil tersenyum "Udah dong sayang, Diah gitu. Owh ya, tadi tante menghubungi, Diah bilang Dandi belum pulang, jadi Diah kesini. Karena Diah tahu tempat favorit Dandi khan disini." Diah lalu memandang sekeliling dan melanjutkan pembicaraan. "Dandi lagi mikirin apa? Kayanya seru gitu, sampai saat aku kesini tadi Dandi tidak memperhatikan?"
"Begini Diah, aku lagi berpikir tentang orang-orang yang pernah dekat Dengan diriku" Diah mengerutkan wajahnya. Dandi memperhatikan lalu melanjutkan. "Sayang sayang bukannya aku mikirin mantanku. Maksudku tadi dalam artian luas."
"Memangnya kenapa dengan mereka Dandi?" kata Diah yang sudah tidak cemberut lagi. Diah tertarik dengan apa yang dipikirkan Dandi.
"Semua yang telah mereka lakukan terhadapku aku rasa demi kebaikanku. Kenapa aku bisa bilang begitu? Baru aku sadari aku tidak pernah melihat diriku dari sudut pandang mereka. Dulu aku hanya mementingkan diriku sendiri, tanpa ku tahu bahwa di sekelilingku banyak yang memperhatikan diriku dengan cara mereka. Terkadang cara yang mereka lakukan bertentangan dengan apa yang biasa kulakukan. Sungguh keliru pendapatku selama ini."
"Sayang, sudahlah itu sudah menjadi masa lalu. Diah kagum dengan pemikiran Dandi, Dandi bisa menyadari hal itu. Diah jadi tambah bangga punya pacar seperti Dandi. Kalau sudah Dandi berpikiran seperti itu sebaiknya Dandi tahu khan apa yang perlu Dandi lakukan?"
"Hari ini, aku akan lebih melihat orang lain dari sudut pandang dirinya Diah. Aku tidak lagi menghiraukan mereka. Karena mereka yang membuat hidupku berarti. Seperti juga kedua orang tua ku dan Diah sendiri."
"Dandi, jangan berlebihan nanti helmku yang biasa ku pakai tidak muat lagi. Mau tanggung jawab?" Tukas Diah sambil memecahkan perbincangan serius mereka. "Sayang sepertinya sudah sore sekali, kita pulang ya?"
"Oh ya juga Diah, mari pulang kalau begitu." Kata Dandi sambil bangkit kemudian menggandeng tangan Diah.
Dandi lalu mengantar Diah pulang terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya. Rumah Diah tidak jauh dari lapangan tadi. Keesokan paginya Dandi beraktivitas seperti biasanya. Dandi sudah siap-siap memanasi motornya. Lalu dia pun berangkat ke sekolah namun sebelumnya Dandi menjemput Diah. Walau sekolah mereka berbeda Dandi dengan senang hati menjemput Diah.
Hari pun berlalu, Dandi melakukan aktivitas seperti berulang-ulang. Namun, kali ini menjadi berbeda karena dia sudah menyadari ada hal yang penting dalam hidupnya. Yaitu lebih menghargai orang–orang di sekelilingnya. Tanpa mereka Dandi tidak bisa berdiri. Hanya dengan seperti itu, hidupnya lebih berarti.
8:00:00 PM
Filosofi Menangis
Ketika manusia dilahirkan dari perut ibunya, tindakan pertama yang dilakukanya adalah menangis. Ini adalah satu aktivitas yang sangat penting baik bagi bayi maupun bagi keluarga yang sedang menerima kehadiran anggota baru keluarganya. Menangis selanjutnya menjadi aktivitas rutin si anak jika ia membutuhka sesuatu. Manangis adalah satu-satunya cara bayi untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Ketika ia merasa tidak nyaman karena ompolnya, ia akan menangis sejadi-jadimya agar si ibu mendatanginya dengan penuh cinta dan membersihkan kotoran yang ada dalam popoknya.
setelah popok diganti dengan yang beersih ia akan diam dan tidur nyenyak. Ketika lapar dan haus pun demikian. Ia akan melakukan itu (menangis) untuk mengatakan bahwa "ibu, aku tidak merasa aman/nyaman". Yah, kira-kira itulah bahasa terjemahanya.
Seiring berjalanya waktu si bayi sudah bisa berdiri dan berkomunikasi. Namun apakah potensi menangis sudah hilang? Tidak. Ia masih menyimpanya. Dan akan menggunakanya ketika sensor ketidaknyamanan anak tersebut berkedip. Ketika terjatuh, atau diniaya orang yang lebih besar, ia akan melakukan itu. Namun pengendalianya sudah teratur. Ia tidak akan menangis sebagaimana ia dahulu waktu bayi. Ia akan menangis jika memang sudah tak ada lagi jalan lain untuk meluapkan kesedihan dan kejengkelanya dalam hal-hal tertentu.
Lebih dari itu, menangis akan menjadi sebuah senjata yang luar biasa bagi kaum hawa dalam menaklukkan pasanganya. Namun ini adalah bahasan lain tentang the power of women tears.
Manusia dewasa hanya akan menangis ketika emosional terdalamnya tersentuh. Perubahan perilaku ini tidak hanya dipengaruhi oleh umur dan kedewasaanya, namun lebih pada kemapuannya untuk menganalisa masalah dengan membedakan antara emosional yang menuntut meneteskan air mata denganyang tidak.
Namun diantara tangisan yang paling bermakna adalah tangisan sebagai rekasi terhadap kejadian yang menimpa orang lain disekitarnya. Disinilah, air mata menjadi berharga. Karena air mata tidak dikeluarkan untuk dirinya; Bukan karena dirinya terancam atau merasakan kepiluan emosional. Namun tangisan dan air mata ini ditujukan untuk orang lain yang ada disekitarnya sebagai cara dia untuk meluapkan rasa kasih pada kaum lemah dan perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan yang sedang dilihatnya.
Ketika melihat seseorang disiksa atau dizalimi, dikedalaman hati manusia akan terasa pedih, hati terasa penuh, dada terasa sesak dan air mata menggenang di pelupuk mata. Inilah tangisan yang menggugah hati, dan menimbulkan efek positif. Efek positif yang dimaksud adalah kesadaran akan hakikat manusia yang senantiasa membenci kejahatan dan membela yang lemah. Tanpa tangisan, manusia tak lebih dari sekawanan binatang yang biasa-biasa saja ketika melihat kawannya diterkam dan dimakan oleh predator lain.
Namun tangisan terhadap Imam Husein bukan sekedar kasihan terhadap imam husein yang sedang teraniaya. Namun tangisan terhadap Imam Husein dalah symbol perlawanan terhadap segala macam bentu kezaliman dan pengkhianatan. Tangisan untuk Imam Husein adalah bentuk Tawalli dan tabarri. Artinya bahwa mereka yang tidak meneteskan air mata untuk Imam Husein, maka ia pasti tidak akan tergugah hatinya ketika melihat penindasan dan kezaliman. Mengapa? Karena Imam Husein adalah ukuran kebenaran. Imam Husein adalah symbol kebenaran dan keadilan. Jika imam dilawan, maka sudah pasti lawanya adalah kejahatandan kezaliman. Karena tidak mungkin kebenaran melawan kebenaran.
Apalagi Imam sebagai kebenaran sedang dihancurkan, maka bagaimana mungkin manusia berakal akan tinggal diam dan bersikap acuh melihat peristiwa agung ini. Nabi Ayyub as menangis sampai buta matanya hanya karena ditinggal anaknya, padahal ia tahu bahwa anaknya masih hidup. Namun adakah manusia yang mengaku umat nabi saw kemudian acuh dengan penganiayaan yang dilakukan terhadap cucu nabinya? Sudah pasti, manusia itu sudah menukar harga dirinya sebagai manusia dengan sesuatu yang jauh lebih rendah dan hina. Wallahu a’lam. Sholawat!!!
Oleh: Toto Dwi Arso
setelah popok diganti dengan yang beersih ia akan diam dan tidur nyenyak. Ketika lapar dan haus pun demikian. Ia akan melakukan itu (menangis) untuk mengatakan bahwa "ibu, aku tidak merasa aman/nyaman". Yah, kira-kira itulah bahasa terjemahanya.
Seiring berjalanya waktu si bayi sudah bisa berdiri dan berkomunikasi. Namun apakah potensi menangis sudah hilang? Tidak. Ia masih menyimpanya. Dan akan menggunakanya ketika sensor ketidaknyamanan anak tersebut berkedip. Ketika terjatuh, atau diniaya orang yang lebih besar, ia akan melakukan itu. Namun pengendalianya sudah teratur. Ia tidak akan menangis sebagaimana ia dahulu waktu bayi. Ia akan menangis jika memang sudah tak ada lagi jalan lain untuk meluapkan kesedihan dan kejengkelanya dalam hal-hal tertentu.
Lebih dari itu, menangis akan menjadi sebuah senjata yang luar biasa bagi kaum hawa dalam menaklukkan pasanganya. Namun ini adalah bahasan lain tentang the power of women tears.
Manusia dewasa hanya akan menangis ketika emosional terdalamnya tersentuh. Perubahan perilaku ini tidak hanya dipengaruhi oleh umur dan kedewasaanya, namun lebih pada kemapuannya untuk menganalisa masalah dengan membedakan antara emosional yang menuntut meneteskan air mata denganyang tidak.
Namun diantara tangisan yang paling bermakna adalah tangisan sebagai rekasi terhadap kejadian yang menimpa orang lain disekitarnya. Disinilah, air mata menjadi berharga. Karena air mata tidak dikeluarkan untuk dirinya; Bukan karena dirinya terancam atau merasakan kepiluan emosional. Namun tangisan dan air mata ini ditujukan untuk orang lain yang ada disekitarnya sebagai cara dia untuk meluapkan rasa kasih pada kaum lemah dan perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan yang sedang dilihatnya.
Ketika melihat seseorang disiksa atau dizalimi, dikedalaman hati manusia akan terasa pedih, hati terasa penuh, dada terasa sesak dan air mata menggenang di pelupuk mata. Inilah tangisan yang menggugah hati, dan menimbulkan efek positif. Efek positif yang dimaksud adalah kesadaran akan hakikat manusia yang senantiasa membenci kejahatan dan membela yang lemah. Tanpa tangisan, manusia tak lebih dari sekawanan binatang yang biasa-biasa saja ketika melihat kawannya diterkam dan dimakan oleh predator lain.
Namun tangisan terhadap Imam Husein bukan sekedar kasihan terhadap imam husein yang sedang teraniaya. Namun tangisan terhadap Imam Husein dalah symbol perlawanan terhadap segala macam bentu kezaliman dan pengkhianatan. Tangisan untuk Imam Husein adalah bentuk Tawalli dan tabarri. Artinya bahwa mereka yang tidak meneteskan air mata untuk Imam Husein, maka ia pasti tidak akan tergugah hatinya ketika melihat penindasan dan kezaliman. Mengapa? Karena Imam Husein adalah ukuran kebenaran. Imam Husein adalah symbol kebenaran dan keadilan. Jika imam dilawan, maka sudah pasti lawanya adalah kejahatandan kezaliman. Karena tidak mungkin kebenaran melawan kebenaran.
Apalagi Imam sebagai kebenaran sedang dihancurkan, maka bagaimana mungkin manusia berakal akan tinggal diam dan bersikap acuh melihat peristiwa agung ini. Nabi Ayyub as menangis sampai buta matanya hanya karena ditinggal anaknya, padahal ia tahu bahwa anaknya masih hidup. Namun adakah manusia yang mengaku umat nabi saw kemudian acuh dengan penganiayaan yang dilakukan terhadap cucu nabinya? Sudah pasti, manusia itu sudah menukar harga dirinya sebagai manusia dengan sesuatu yang jauh lebih rendah dan hina. Wallahu a’lam. Sholawat!!!
Oleh: Toto Dwi Arso
8:00:00 PM
Kisah Kepiting
Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah tahun 2000, saya berkunjung ke kota Pontianak, teman saya disana mengajak saya memancing Kepiting.
Bagaimana cara memancing Kepiting?
Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, diujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil.
Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju Kepiting yang kami incar, kami mengganggu Kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar Kepiting marah, dan kalau itu berhasil maka Kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting gemuk yang sedang marah.
Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala.
Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan gigitan dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat lezat.
Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil.
Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena MARAH
Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redam kemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan dua tiga detik dengan menarik napas panjang, kalau perlu pergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin, agar murka anda mereda dan anda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisa menghancurkan masa depan anda.
Nothing Great in the World has ever been accomplished without PASSION
Bagaimana cara memancing Kepiting?
Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, diujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil.
Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju Kepiting yang kami incar, kami mengganggu Kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar Kepiting marah, dan kalau itu berhasil maka Kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting gemuk yang sedang marah.
Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala.
Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan gigitan dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat lezat.
Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil.
Kita sering sekali melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena MARAH
Jadi kalau anda menghadapi gangguan, baik itu batu kecil atau batu besar, hadapilah dengan bijak, redam kemarahan sebisa mungkin, lakukan penundaan dua tiga detik dengan menarik napas panjang, kalau perlu pergilah ke kamar kecil, cuci muka atau basuhlah tangan dengan air dingin, agar murka anda mereda dan anda terlepas dari ancaman wajan panas yang bisa menghancurkan masa depan anda.
Nothing Great in the World has ever been accomplished without PASSION
8:00:00 PM
Aku Pernah Datang dan Aku Sangat Penurut
Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu dan polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah aku pernah datang dan aku sangat penurut.
Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.
Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya.
Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat di mana papanya menemukan anak kecil tersebut di atas hamparan rumput. Di sanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.
Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.
Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil, anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan.
Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Di tengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.
Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi, saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara, tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik.
Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.
Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai.
Karena papanya merasa tidak enak, kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.
Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya.
Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu-satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir di kala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun, kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."
Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya.
Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya, lihatlah foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.
Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia.
Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.
Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dollar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.
Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.
Ada seorang teman di e-mail bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta, saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."
Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.
Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi, Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan yang dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen di mana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali.
Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut, fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?" Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, "karena mereka semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante, saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante, ini adalah surat wasiat saya."
Fu Yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut, ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu, nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Di belakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,....... Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah, setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.
Aku pernah datang dan aku sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah.
Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan penderitaannya, tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh telah pergi ke dunia lain.
Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil di atas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah..............." demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.
Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Di atas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 Nov 1996 - 22 Agustus 2005). Dan di belakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah di saat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.
Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami di atas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".
Anak ini rela melepaskan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.
Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya.
Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat di mana papanya menemukan anak kecil tersebut di atas hamparan rumput. Di sanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.
Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.
Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada ASI dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil, anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan.
Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Di tengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.
Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.
Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.
Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.
Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi, saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara, tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik.
Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.
Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai.
Karena papanya merasa tidak enak, kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.
Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar $ 300.000. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya.
Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu-satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.
Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir di kala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun, kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."
Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya.
Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya, lihatlah foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.
Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya sendiri dan akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia.
Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.
Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dollar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.
Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.
Ada seorang teman di e-mail bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta, saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."
Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya.
Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi, Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu Yuan yang dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen di mana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali.
Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.
Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut, fisik Yu Yuan semakin lemah.
Pada tanggal 20 Agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?" Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, "karena mereka semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante, saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante, ini adalah surat wasiat saya."
Fu Yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut, ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.
Dalam satu artikel itu, nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Di belakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,....... Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah, setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.
Aku pernah datang dan aku sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 Agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah.
Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan penderitaannya, tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air sungguh telah pergi ke dunia lain.
Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil di atas langit, kepakkanlah kedua sayapmu. Terbanglah..............." demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Di depan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.
Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Di atas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 Nov 1996 - 22 Agustus 2005). Dan di belakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah di saat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.
Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami di atas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".
Kesimpulan:
Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan dunia. Walaupun hidup serba kekuarangan, dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih.
Tips Mudik Aman dan Nyaman Berkendaraan Roda Dua
Tips Mudik Aman dan Nyaman Berkendaraan Roda Dua. Mudik sudah menjadi tradisi tahunan bagi warga kampung yang tinggal di kota atau anak perantauan. Jutaan manusia pulang ke kampung halaman hanya untuk merayakan Lebaran Idul Fitri bersama keluarga di kampung halaman.
Prosesi mudik terkenal dengan perjalanan panjang yang melelahkan karena kemacetan. Bagi yang melalui jalan darat, mudik bisa menggunakan kendaraan umum, kendaraan pribadi, dan sepeda motor.
Nah, bagi Anda yang memilih mudik menggunakan sepeda motor, ingat!, jangan sepelekan soal keamanan. Karena itu, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa Tips Mudik Aman dan Nyaman Berkendaraan Roda Dua ala VIAR:
Sebelum berangkat :
Saat di perjalanan :
Saat istirahat :
Salam mudik, Utamakan keselamatan dari kecepatan, Ingat Keluarga Menanti Anda.
Prosesi mudik terkenal dengan perjalanan panjang yang melelahkan karena kemacetan. Bagi yang melalui jalan darat, mudik bisa menggunakan kendaraan umum, kendaraan pribadi, dan sepeda motor.
Tips Mudik Aman dan Nyaman Berkendaraan Roda Dua
Bahkan belakangan ini pengguna sepeda motor justru terus meningkat. Alasannya cukup simpel, selain hemat, mudik menggunakan motor juga lebih efisien dan bisa menghindari kemacetan.Nah, bagi Anda yang memilih mudik menggunakan sepeda motor, ingat!, jangan sepelekan soal keamanan. Karena itu, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa Tips Mudik Aman dan Nyaman Berkendaraan Roda Dua ala VIAR:
Sebelum berangkat :
- Pastikan Surat surat kendaraan (STNK) dan surat izin mengemudi (SIM) masa berlakunya masih lama. Bila masa berlakunya habis akan membuat konsentrasi pengendara terpecah.
- Periksa kondisi kendaraan yang meliputi:
- Cek kondisi mesin dan oli. Apakah sudah siap jalan atau belum;
- Periksa kelayakan rem depan dan belakang;
- Periksa kelayakan lampu utama, lampu petunjuk, dan lampu isyarat;
- Periksa kelayakan roda belakang dan depan. Bila sudah tipis segera di ganti;
- Siapkan jas hujan. Usahakan jas hujan celana dan baju, bukan jas hujan model ponco. Sebab tipe ini rawan tersangkut kendaraan samping.
- Bila pemula atau pertama kali mudik, alangkah baiknya banyak bertanya kepada teman-teman mengenai suasana dan keadaan yang akan dilalui nanti.
- Tanyakan kapan harus istirahat dan di mana istirahat yang baik
- Tanyakan situasi perjalanan di mana saja yang harus diperhatikan dan diwaspadai.
Saat di perjalanan :
- Sebelum perjalanan mulailah dengan berdoa agar siap dalam menghadapi perjalanan panjang;
- Jangan lupa pakai baju dan jaket yang nyaman. Jangan kenakan jaket yang sempit atau terlalu longgar;
- Pastikan badan anda sehat;
- Taati peraturan lalu lintas;
- Menyalakan lampu kendaraan pada siang atau malam hari;
- Jangan membawa barang berlebihan, dan meletakkan barang dekat dengan stang strir, karena akan mempengaruhi manuver kendaraan;
- Jangan paksa kemampuan motor Anda di atas kemampuan rekomendasi perusahaan;
- Jangan mudah terbawa emosi terhadap pengendara lain, sehingga mengendarai motor dengan balapan;
- Bila mengendarai saat puasa, atur ritme perjalanan. Bila kondisi panas dan lelah jangan ragu istirahat;
- Isi bensin kembali di SPBU terdekat saat penunjuk bensin berada di posisi seperempat mendekati habis, karena kita tidak tahu seberapa jauh lagi pom bensin di depan;
- Buat perjalanan mudik Anda sebagai perjalanan rekreasi yang menyenangkan, sehingga badan dan pikiran akan selalu rileks.
Saat istirahat :
- Jangan paksa diri terus berkendara karena ingin cepat sampai tujuan;
- Istirahatlah di tempat yang teduh dan aman. Gunakan waktu istirahat semaksimal mungkin sehingga kemampuan tubuh kembali fit;
- Jangan istirahat terlalu lama karena akan merusak ritme berkendara. Bila terlalu lama membuat mata jadi mudah terpenjam;
- Bila perlu, istirahatlah beberapa kali sehingga kemampuan badan tetap oke.
Salam mudik, Utamakan keselamatan dari kecepatan, Ingat Keluarga Menanti Anda.
http://otomotif.vivanews.com/news/read/241327-tips-mudik-aman-dengan-sepeda-motor
8:00:00 PM
Kisah Alergi Hidup
Seorang pria mendatangi seorang Guru. Katanya : "Guru, saya sudah bosan hidup. Benar-benar jenuh. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu gagal. Saya ingin mati".
Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit".
"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati".
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku", kata sang Guru.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup lebih lama lagi", pria itu menolak tawaran sang Guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru.
"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.
"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini... Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang".
Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu". Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.
Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali dan berkata : "Sayang, apa yang terjadi hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?
Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan".
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !
Sang Guru tersenyum : "Oh, kamu sakit".
"Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati".
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Guru meneruskan : "Kamu sakit. Penyakitmu itu bernama "Alergi Hidup". Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan keadaan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini ? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita".
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku", kata sang Guru.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup lebih lama lagi", pria itu menolak tawaran sang Guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati ?", tanya Guru.
"Ya, memang saya sudah bosan hidup", jawab pria itu lagi.
"Baiklah. Kalau begitu besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini... Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang".
Kini, giliran pria itu menjadi bingung. Sebelumnya, semua Guru yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, Guru yang satu ini aneh. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh sang Guru tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai ! Tinggal satu malam dan satu hari ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah malam terakhirnya. Ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya amat harmonis. Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu". Sekali lagi, karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.
Esoknya, sehabis bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Setengah jam kemudian ia kembali ke rumah, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat dua cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali dan berkata : "Sayang, apa yang terjadi hari ini ? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku sayang".
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Bos kita kok aneh ya ?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan menghargai terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya sambil berkata : "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu". Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan : "Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu tertekan karena perilaku kami".
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?
Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi dan berkata : "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan".
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !
8:00:00 PM
Cinta Tak Harus Sama
"Bu, lapar !", rengek anak kecil yang sedang berada di pangkuannya. Wanita itu menatap dengan lembut anaknya. Hatinya terasa teriris-iris. Dipandangi gubug reyot tempatnya tinggal, tidak ada sama sekali makanan yang masih tersisa. Hanya ada air putih yang masih tersisa di dalam kendi tanah diatas meja. Perlahan diraihnya kendi tanah itu dan mengulurkan kucunya ke mulut anak semata wayangnya. Sang anak meneguk tiga kali berusaha menghilangkan rasa lapar dengan meminum air.
Anak kecil itu menatap wajah ibunya dengan penuh rasa sayang, seakan ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat dalam. Tangan kecilnya meraih keatas mengusap air mata bening yang keluar dari kelopak mata ibunya.
"Mengapa ibu menangis", tanya sang anak perlahan.
Wanita itu menghela nafas panjang, dia berfikir tidak mungkin menjelaskan apa yang sedang difikirkannya kepada anak kecil ini. Ini tentang beban hidupnya yang sangat berat, bahkan dia selalu berusaha tegar terhadap semua keterbatasan yang dia miliki.
"Tidak apa-apa kok sayang, tidur saja lagi!", ujar sang wanita lembut seakan ingin menciptakan ketentraman di hati anaknya.
Sang anak menatap lebih dalam ke arah mata ibunya, seakan mencoba mencari tahu alasan mengapa ibunya menangis.
"Aku tahu beban ibu sangat berat", celetuk polos sang anak yang membuat ibunya sedikit tersentak.
"Aku tahu dengan segala keterbatasan ibu, ibu selalu berusaha untuk mencukupi segala kebutuhanku. Ibu menjadi buruh mencuci, kadang-kadang ibu mengumpulkan sisa-sisa sampah untuk dijual lagi. Aku tahu ibu melakukan itu semua agar aku bisa makan", anak kecil itu terus berceloteh untuk membuat ibunya bangga.
"Tapi ibu tidak bisa menyekolahkanmu anakku!", jawab sang ibu dengan penuh penyesalan.
"Ibuku sayang !", kata sang anak sambil bangkit dari tidurnya. Diletakkan kedua tangannya di pangkuan ibunya seakan ingin memberikan kekuatan kepada orang yang paling dicintainya.
"Ibu tidak menyekolahkanku, tetapi setiap malam ibu mengajariku membaca, berhitung, mengaji, atau pengetahuan-pengetahuan baru dari kertas koran bekas yang kita kumpulkan. Semakin hari aku semakin mengerti tentang ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin jauh lebih banyak dari teman-teman sebayaku", jawab sang anak tulus dan bangga.
"Iya, tapi aku tak mampu menyekolahkanmu di SD di kampung kita. Coba kalau ibu mampu maka kamu nanti bisa punya ijasah melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan masa depanmu akan lebih baik", sang ibu menjawab sambil tertunduk seakan merasa telah mengeluh terlalu dalam kepada anaknya.
Sang anak kecil menggeser duduknya tepat dihadapan sang ibu. Dia tersenyum sangat manis, dipijatnya kaki wanita didepannya. Seorang wanita cantik sebenarnya, tetapi nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya, apalagi dia harus hidup sendiri sepeninggal suaminya.
"Ibuku sayang, dengan semua yang ibu bisa, ibu sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Aku bersyukur karena mendapatkan limpahan kasih sayang yang tiada tara. Ibu selalu mengajariku semua yang seharusnya aku tahu. Ibu selalu berada disampingku pada saat aku membutuhkannya. Aku memang ingin sekolah di SD di kampung kita, tetapi aku lebih ingin mendapatkan cinta yang aku rasakan selama ini. Aku memang ingin hidup berlimpah ruah seperti anak-anak kecil sebayaku, tetapi aku lebih ingin hidup disampingmu karena aku selalu mendapatkan limpah ruah kasih sayang yang selama ini aku butuhkan."
Sambil mendekatkan wajah, anak kecil itu melanjutkan perkataannya, "Bu, mencintai tak harus sama, ketulusan untuk mewujudkan cinta jauh lebih penting dari sekedar menyamakannya dengan kehidupan orang lain."
Dipeluknya wanita itu dengan penuh kasih sayang, "Tidur lagi yuk, ibu harus istirahat, besok kita janji jam setengah enam sudah di rumah Pak Hadi untuk mencuci baju"
Anak kecil itu menarik selimut kumalnya sampai ke dada. Membiarkan wanita itu berurai air mata. Tetapi kali ini bukan karena kesedihan meratapi nasib, justru karena syukur yang amat dalam karena Tuhan mengirimkan malaikat kecil untuk mendampingi dan memperkuat hidupnya.
Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.
Anak kecil itu menatap wajah ibunya dengan penuh rasa sayang, seakan ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat dalam. Tangan kecilnya meraih keatas mengusap air mata bening yang keluar dari kelopak mata ibunya.
"Mengapa ibu menangis", tanya sang anak perlahan.
Wanita itu menghela nafas panjang, dia berfikir tidak mungkin menjelaskan apa yang sedang difikirkannya kepada anak kecil ini. Ini tentang beban hidupnya yang sangat berat, bahkan dia selalu berusaha tegar terhadap semua keterbatasan yang dia miliki.
"Tidak apa-apa kok sayang, tidur saja lagi!", ujar sang wanita lembut seakan ingin menciptakan ketentraman di hati anaknya.
Sang anak menatap lebih dalam ke arah mata ibunya, seakan mencoba mencari tahu alasan mengapa ibunya menangis.
"Aku tahu beban ibu sangat berat", celetuk polos sang anak yang membuat ibunya sedikit tersentak.
"Aku tahu dengan segala keterbatasan ibu, ibu selalu berusaha untuk mencukupi segala kebutuhanku. Ibu menjadi buruh mencuci, kadang-kadang ibu mengumpulkan sisa-sisa sampah untuk dijual lagi. Aku tahu ibu melakukan itu semua agar aku bisa makan", anak kecil itu terus berceloteh untuk membuat ibunya bangga.
"Tapi ibu tidak bisa menyekolahkanmu anakku!", jawab sang ibu dengan penuh penyesalan.
"Ibuku sayang !", kata sang anak sambil bangkit dari tidurnya. Diletakkan kedua tangannya di pangkuan ibunya seakan ingin memberikan kekuatan kepada orang yang paling dicintainya.
"Ibu tidak menyekolahkanku, tetapi setiap malam ibu mengajariku membaca, berhitung, mengaji, atau pengetahuan-pengetahuan baru dari kertas koran bekas yang kita kumpulkan. Semakin hari aku semakin mengerti tentang ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin jauh lebih banyak dari teman-teman sebayaku", jawab sang anak tulus dan bangga.
"Iya, tapi aku tak mampu menyekolahkanmu di SD di kampung kita. Coba kalau ibu mampu maka kamu nanti bisa punya ijasah melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan masa depanmu akan lebih baik", sang ibu menjawab sambil tertunduk seakan merasa telah mengeluh terlalu dalam kepada anaknya.
Sang anak kecil menggeser duduknya tepat dihadapan sang ibu. Dia tersenyum sangat manis, dipijatnya kaki wanita didepannya. Seorang wanita cantik sebenarnya, tetapi nampak lebih tua dari umur yang sebenarnya, apalagi dia harus hidup sendiri sepeninggal suaminya.
"Ibuku sayang, dengan semua yang ibu bisa, ibu sudah memberikan yang terbaik untuk kehidupanku. Aku bersyukur karena mendapatkan limpahan kasih sayang yang tiada tara. Ibu selalu mengajariku semua yang seharusnya aku tahu. Ibu selalu berada disampingku pada saat aku membutuhkannya. Aku memang ingin sekolah di SD di kampung kita, tetapi aku lebih ingin mendapatkan cinta yang aku rasakan selama ini. Aku memang ingin hidup berlimpah ruah seperti anak-anak kecil sebayaku, tetapi aku lebih ingin hidup disampingmu karena aku selalu mendapatkan limpah ruah kasih sayang yang selama ini aku butuhkan."
Sambil mendekatkan wajah, anak kecil itu melanjutkan perkataannya, "Bu, mencintai tak harus sama, ketulusan untuk mewujudkan cinta jauh lebih penting dari sekedar menyamakannya dengan kehidupan orang lain."
Dipeluknya wanita itu dengan penuh kasih sayang, "Tidur lagi yuk, ibu harus istirahat, besok kita janji jam setengah enam sudah di rumah Pak Hadi untuk mencuci baju"
Anak kecil itu menarik selimut kumalnya sampai ke dada. Membiarkan wanita itu berurai air mata. Tetapi kali ini bukan karena kesedihan meratapi nasib, justru karena syukur yang amat dalam karena Tuhan mengirimkan malaikat kecil untuk mendampingi dan memperkuat hidupnya.
Selamat menjalani hari dengan penuh rahmat.
8:00:00 PM
Sebuah Penantian Panjang
Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar pandangan kagum dan doa bahagia.
Mereka saling mengasihi satu sama lain. Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun. Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.
Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu IA memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya.
Tuhan bertanya kepadanya: "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?". Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab: "Ya". Tuhan berkata: "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 thn. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?". Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab: "saya bersedia!".
Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia.
Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam.
Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan.
Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang.
Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala dsb. Sang kupu-kupu diam-diam sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.
Musim panas tahun ini sgt panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan wanita itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat embusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi.Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini.
Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam gereja kecil telah di penuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan.
Ia mendengarkan sang kekasih yang berada di bawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan: "saya bersedia menikah dengannya!". Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.
Dengan pedih hati Tuhan menarik napas: "Apakah kamu menyesal?". Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya: "Tidak". Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan: "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri". Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya: "Biarkanl ah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".
Ada beberapa kehilangan merupakan takdir.
Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya.
Mencintai seseorang tidak harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus baik-baik mencintainya.
Mereka saling mengasihi satu sama lain. Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun. Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari.
Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu IA memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya.
Tuhan bertanya kepadanya: "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?". Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab: "Ya". Tuhan berkata: "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 thn. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?". Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab: "saya bersedia!".
Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia.
Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam.
Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan.
Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang.
Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala dsb. Sang kupu-kupu diam-diam sedih. Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorang wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.
Musim panas tahun ini sgt panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan wanita itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat embusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi.Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini.
Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam gereja kecil telah di penuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan.
Ia mendengarkan sang kekasih yang berada di bawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan: "saya bersedia menikah dengannya!". Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.
Dengan pedih hati Tuhan menarik napas: "Apakah kamu menyesal?". Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya: "Tidak". Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan: "Besok kamu sudah dapat kembali menjadi dirimu sendiri". Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya: "Biarkanl ah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".
Ada beberapa kehilangan merupakan takdir.
Ada beberapa pertemuan adalah yang tidak akan berakhir selamanya.
Mencintai seseorang tidak harus memiliki, namun memiliki seseorang maka harus baik-baik mencintainya.
8:00:00 PM
Memancing
Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat menikmati permainannya.
Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.
Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan.
"Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.
"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.
"Lho, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"
"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.
"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"
Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup… kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.
Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.
Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."
Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih kesuksesan kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua sederhana saja. Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian mampu memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal, terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah bakat kita, maka kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan. Apalagi, jika semua hal tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan penuh kesungguhan.
Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan kita secara konsisten, maka sebenarnya kita sedang memupuk diri kita untuk menjadi ahli di bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan profesionalisme yang kita miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil yang paling memuaskan.
Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.
Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan.
"Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman ramah.
"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.
"Lho, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu, kenapa engkau tolak?"
"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.
"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"
Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup… kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil tangkapan berada diujungnya.
Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.
Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?"
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."
Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih kesuksesan kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua sederhana saja. Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian mampu memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal, terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah bakat kita, maka kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan. Apalagi, jika semua hal tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan penuh kesungguhan.
Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan kita secara konsisten, maka sebenarnya kita sedang memupuk diri kita untuk menjadi ahli di bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan profesionalisme yang kita miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil yang paling memuaskan.
8:00:00 PM
Ayah Memang Menakjubkan
Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.
Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis....jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala (*_~).
Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.
Ayah benar-benar senang membantu seseorang... tapi ia sukar meminta bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?... .mmmmhhh... "tidak terlalu mengecewakan" (^_~). Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. (*_~).
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam, walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu, karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah.
AYAH ITU MURAH HATI..... Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan....
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ....
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka.....
Ia menghentikan apasaja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara...
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....
Ayah akan berkata "tanyakan saja pada ibumu" ketika ia ingin berkata "tidak".
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin.
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.
Ayah mengira seratus adalah tip..; Seribu adalah uang saku..; Gaji pertamamu terlalu besar untuknya...
Ayah tidak suka meneteskan air mata .... ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis). Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu, ketika kau mimpi akan dibunuh monster... tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata : "kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"
Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: "jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"
Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan: "jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu....
Ayah bisa membuatmu percaya diri... karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah... Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.
Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, Kebahagiaan ada pada jiwa yang mau bersyukur.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.
Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis....jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala (*_~).
Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.
Ayah benar-benar senang membantu seseorang... tapi ia sukar meminta bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?... .mmmmhhh... "tidak terlalu mengecewakan" (^_~). Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. (*_~).
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam, walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu, karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah.
AYAH ITU MURAH HATI..... Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan....
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ....
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka.....
Ia menghentikan apasaja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara...
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....
Ayah akan berkata "tanyakan saja pada ibumu" ketika ia ingin berkata "tidak".
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin.
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.
Ayah mengira seratus adalah tip..; Seribu adalah uang saku..; Gaji pertamamu terlalu besar untuknya...
Ayah tidak suka meneteskan air mata .... ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis). Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu, ketika kau mimpi akan dibunuh monster... tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata : "kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"
Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: "jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"
Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan: "jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu....
Ayah bisa membuatmu percaya diri... karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah... Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.
Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, Kebahagiaan ada pada jiwa yang mau bersyukur.
8:00:00 PM
Pelajaran Satu Juta Dolar Petey Parker
Seorang sopir taxi telah mengajarkan pada saya bagaimana memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan. Sebuah pelajaran berharga satu juta Dollar. Mungkin anda harus mengeluarkan ribuan Dollar untuk membayar seorang pembicara profesional dalam sebuah seminar atau pelatihan motivasi bagi karyawan perusahaan. Tapi kali ini saya hanya cukup mengeluarkan ongkos taxi seharga 12 Dollar saja.
Ceritanya begini : Suatu hari saya terbang ke Dallas untuk menemui seorang klien. Waktu itu sangat sempit, karena saya harus segera kembali ke airport.
Saya menyetop sebuah taxi. Begitu tiba, dengan segera sopir taxi membuka pintu mobil untuk saya, dan memastikan bahwa saya telah duduk dengan nyaman di dalamnya.
Begitu ia duduk di belakang kemudi, ia menunjuk sebuah koran Wall Street Journal yang terlipat rapi di samping saya untuk dibaca. Lalu ia menawarkan beberapa kaset, dan menanyakan jenis musik apa yang saya sukai. "Wow," saya cukup terperanjat dengan pelayanan yang diberikannya. Saya menoleh ke sekeliling. Jangan-jangan ada program "Candid Camera" yang ingin menjebak dan mengolok-olok saya. Dengan penuh penasaran saya memberanikan bertanya pada sopir taxi itu, "Wah, kelihatannya Anda sangat senang sekali dengan pekerjaan Anda ini. Tentu Anda punya cerita yang panjang mengenai pekerjaan anda ini"
"Anda salah," jawabnya, "Dulu saya bekerja di Corporate America. Tetapi saya merasa lelah karena berapa pun kerasnya usaha untuk menjadi yang terbaik dalam perusahaan itu, ternyata tidak pernah memuaskan hati saya. Kemudian saya memutuskan untuk menemukan sebuah ceruk dalam kehidupan saya dimana saya bisa merasa bangga dan puas karena mampu menjadi diri saya yang terbaik."
"Saya tahu," lanjutnya, "Saya takkan pernah bisa menjadi seorang ilmuwan roket, tetapi saya suka sekali mengendarai mobil dan memberikan pelayanan pada orang lain. Saya ingin merasa bahwa saya telah melakukan pekerjaan yang terbaik setiap harinya. Lalu, saya merenungi apa yang jadi kelebihan diri saya, dan wham.. saya menjadi seorang sopir taxi."
"Satu hal yang saya yakini, supaya saya meraih keberhasilan dalam usaha saya ini, saya hanya perlu memenuhi kebutuhan penumpang saya. Tetapi agar bisnis saya ini menjadi luar biasa, saya harus melebihi harapan penumpang saya. Tentu saja saya ingin meraih hasil yang luar biasa, ketimbang yang biasa-biasa saja."
Waw, sebuah pelajaran nyata yang luar biasa. Menurut Anda, apakah saya memberinya tip besar atas pelayanan yang diberikannya? Anda salah! Dia adalah kerugian bagi Corporate America, tetapi teman perjalanan yang baik.
Disadur dari: Petey Parker, A Million Dollar Lesson
Ceritanya begini : Suatu hari saya terbang ke Dallas untuk menemui seorang klien. Waktu itu sangat sempit, karena saya harus segera kembali ke airport.
Saya menyetop sebuah taxi. Begitu tiba, dengan segera sopir taxi membuka pintu mobil untuk saya, dan memastikan bahwa saya telah duduk dengan nyaman di dalamnya.
Begitu ia duduk di belakang kemudi, ia menunjuk sebuah koran Wall Street Journal yang terlipat rapi di samping saya untuk dibaca. Lalu ia menawarkan beberapa kaset, dan menanyakan jenis musik apa yang saya sukai. "Wow," saya cukup terperanjat dengan pelayanan yang diberikannya. Saya menoleh ke sekeliling. Jangan-jangan ada program "Candid Camera" yang ingin menjebak dan mengolok-olok saya. Dengan penuh penasaran saya memberanikan bertanya pada sopir taxi itu, "Wah, kelihatannya Anda sangat senang sekali dengan pekerjaan Anda ini. Tentu Anda punya cerita yang panjang mengenai pekerjaan anda ini"
"Anda salah," jawabnya, "Dulu saya bekerja di Corporate America. Tetapi saya merasa lelah karena berapa pun kerasnya usaha untuk menjadi yang terbaik dalam perusahaan itu, ternyata tidak pernah memuaskan hati saya. Kemudian saya memutuskan untuk menemukan sebuah ceruk dalam kehidupan saya dimana saya bisa merasa bangga dan puas karena mampu menjadi diri saya yang terbaik."
"Saya tahu," lanjutnya, "Saya takkan pernah bisa menjadi seorang ilmuwan roket, tetapi saya suka sekali mengendarai mobil dan memberikan pelayanan pada orang lain. Saya ingin merasa bahwa saya telah melakukan pekerjaan yang terbaik setiap harinya. Lalu, saya merenungi apa yang jadi kelebihan diri saya, dan wham.. saya menjadi seorang sopir taxi."
"Satu hal yang saya yakini, supaya saya meraih keberhasilan dalam usaha saya ini, saya hanya perlu memenuhi kebutuhan penumpang saya. Tetapi agar bisnis saya ini menjadi luar biasa, saya harus melebihi harapan penumpang saya. Tentu saja saya ingin meraih hasil yang luar biasa, ketimbang yang biasa-biasa saja."
Waw, sebuah pelajaran nyata yang luar biasa. Menurut Anda, apakah saya memberinya tip besar atas pelayanan yang diberikannya? Anda salah! Dia adalah kerugian bagi Corporate America, tetapi teman perjalanan yang baik.
Disadur dari: Petey Parker, A Million Dollar Lesson


















