12:56:00 AM

Raja Dalam Tubuh Manusia

TUGAS sebagai Raja adalah memerintah, menyuruh, mengatur, menolak dan menerima. Maksudnya memerintah anggota bala tentaranya, untuk perang atau damai, menyuruh menteri-menterinya melakukan tugas-tugas sesuai dengan keahliannya. Mengatur strategi dalam dalam mencapai tujuan. Menolak perpecahan menerima persaudaraan untuk memperkuat persatuan. Timbul pertanyaan siapakah yang memerintah, menyuruh, mengatur menolak dan menerima dalam tubuh manusia ? Jawabanya adalah Hati.

Hati bagi segenap anggota tubuh ini laksana raja yang mengatur bala tentaranya, yang semua perbuatan baik gerakan maupun perkataan berasal dari perintahnya, lalu ia gunakan dengan sekehendaknya sehingga semua berada dibawah kekuasaan dan perintahnya. Dari hati seseorang meniti jalan Istiqamah atau kesesatan, serta dari hati pula niat itu termotivasi atau malah pudar. Sedangkan Hati itu dari segumpal daging berada dalam tubuh manusia. Karenanya Nabi Shallallahu a'laihi wasallam bersabda : 

"ingatlah sesungguhnya didalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. Dan apabila ia buruk, maka buruk pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati."
 
Hati adalah raja. Karenanya setelah iblis - musuh Allah - mengetahui bahwa hati adalah raja, ia tak henti-hentinya mempengaruhi hati manusia, menghasut dan menyesatkan manusia.
 
Hati yang baik dan selamat adalah Hati yang akan diterima oleh Allah Subhanahuwata'la pada hari kiamat. Sandaran setiap manusia, maka iblis pun berusaha untuk membisiki hati manusia kepada jalan kejelekan, menawannya dengan beragam bentuk syahwat, syubhat, dan yang lainnya supaya hamba tersebut berpaling dari jalan yang benar. Supaya tubuh manusia itu selamat dari perkataan buruk dan perbuatan yang membahayakannya maka Hati sebagai raja dalam tubuh manusia harus diselamatkan dari gangguan iblis dan syethan. Dengan cara selalu mengerjakan amal-amal shaleh, meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah.
5:03:00 PM

Bukalah Hatimu

Dikisahkan, ada seorang anak muda yang merasa dirinya tidak bahagia. Setiap hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang sangat indah, orang berlalu lalang, anak-anak bermain dengan gembira. Tetapi fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti, mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya menunjukkan wajah yang gembira.

Karena melihat keadaan di sekitarnya, hatinya yang hambar, terusik pada pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"

Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari kamarnya dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.

"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.

"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat anak-anak itu adalah kebahagiaan.

Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia itu. Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat sambil meniup seruling dengan nikmatnya.

Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda
dengan ramah.

"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan kemudian melubanginya."

"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.

"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"

"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."

Para pembaca yang budiman,

Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak sekali kebahagiaan melingkupinya.

Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa menikmati kebahagian secara alami.

Salam sukses luar biasa!!

Sumber andriwongso.com
4:51:00 PM

Kartu Ucapan Selamat Hari Raya

Buat sahabat yang iseng-iseng ingin berucap salam Aidil Fitri, ne saya punya sedikit kartu ucapan yang mungkin cukup sederhana, walaupun teknologi sekarang sudah canggih, gak ada salahnya kan kalau kita pake kartu ucapan.

Semoga bermanfat.














Roti Mutilasi Tubuh Manusia

Kittiwat Unarrom, mulai membuat roti seperti gambar diatas semenjak menonton Film seri “Saw”. Berawal dari Film tersebut, dia membuat roti yang berbeda dari yang lainnya. Walaupun bentuknya menyeramkan, roti hasil karyanya sama seperti roti lainnya. Ada rasa coklat, strawberi, moka, isi daging dan masih banyak lagi. Bahkan yang cukup mengejutkan, ada roti yang dijual dengan harga $500, dan itu laku setiap harinya.

Gambar Lainnya lihat disini.





Berbagi Cinta

Cerita seorang sahabat karib.

Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran anda? Berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk material lainnya. Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide materilistik yang telah mengglobal. Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. Pengalaman nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk material.

Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan. Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina. “Nina, apa yang anakku mau sayang”begitu ayah saya membuka percakapan. “Nina mau baju baru?, sepatu baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya. “Nggak ah. ntar om marah” jawab Nina. “nggak sayang, om tidak akan marah” ayah saya menimpali. “Nggak ah… ntar om marah” Nina mengulang jawabannya.

Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina sambil berkata, “ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang” “Tapi janji ya om tidak marah” jawab Nina manja. “Om janji tidak akan marah sayang” tegas ayah saya. “Bener om tidak akan marah” sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. “Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah’ pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan “ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak.”

Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; “bener ya om tidak marah.” Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya “om, boleh nggak saya memanggil ayah” Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan ” tentu anakku.. tentu anakku…mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om” Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata “terima kasih ayah… terima kasih ayah…

Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum pulang, ayah saya berkata kepada Nina “anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?” “Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah” sergah Nina.

“Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, /otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih.” Sambil memegang tangan ayah saya, Nina memohon “nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta ayah bawa foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?”

Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan Nina. Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; “buat apa foto itu nak?” Tanpa ragu Nina menjawab “Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina.” Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu.

Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta. Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah cinta, maka kehidupan anda akan lebih bermakna. Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan anda di dunia.
4:43:00 PM

Renungan Idul Fitri

Bersama : H. Sugeng Pramono

Tak terasa, beberapa saat lagi kita akan tiba dihari nan fitri, hari dimana kita harus bergembira didalamnya, sebab kita telah merengkuh kemenangan melawan segenap godaan dan dorongan hawa nafsu yang bersemayam didiri kita.

Yang terpenting dihari nan fitri itu adalah ketulusan, sebab adalah bahasa kalbu yang sudah semestinya terbenam dalam fitrah kita sebagai manusia. Ketulusan adalah bahasa universal yang dapat menembus batas gender, usia, suku dan wilayah. Ketulusan adalah bahasa yang bisa dimengerti orang awam, dipahami cerdik cendekia, didengar si tuna rungu, dilihat sang tuna netra dan dirasakan setiap jiwa. Ketulusan adalah hiasan yang teramat indah.

Sayang seribu kali sayang. Betapa kita sering membuang serta mengabaikan ketulusan itu seperti tak ubahnya kita mencampakkan sepatu usang yang sudah tidak terpakai lagi.

Ditengah semarak Idul Fitri tahun ini, marilah kita bingkai potret ketulusan itu dalam pigura yang terindah. Tak peduli dengan jatuhnya gengsi, permintaan maaf harus kita haturkan bila memang kita bersalah, tanpa perlu berbelit-belit membuat argumentasi pembenaran perilaku diri. Tak peduli pula apapun sikap orang lain. Apakah mereka minta maaf atau tidak, namun pemberian maaf seharusnya kita curahkan kepada siapapun.

jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (QS. al-A'raf 7 : 199)

Idul Fitri pada hakekatnya adalah sebuah rangkaian peristiwa dan waktu dalam perjalanan kita menuju Allah. Adakah kita hendak mengisi perjalanan tersebut dengan permainan-permainan yang tidak diridhai Allah ?

Jadikanlah Idul Fitri sebagai sebuah moment bagi setiap kita untuk meningkatkan amal ibadah, bukan malah bersantai-santai dengan dalih menikmati masa istirahat setelah berbagai aktivitas ibadah dibulan ramadhan yang melelahkan.

Ramadhan tiba pada detik-detik terakhirnya. Bagi mereka yang khusuk dalam shaum dan qiyamul lail-nya pasti akan merasakan sedih, mengingat ramadhan yang akan pergi. Diatas sajadah masjid tempat iktikaf, mereka akan banyak menangis, mengenang detik-detik yang seakan terlalu cepat berlalu, dalam bulan suci nan syahdu yang datangnya cuma setahun sekali ini. Makin berat dada mereka.

Karena itulah jika kita renungi, Idul Fitri pada hakikatnya disediakan Allah untuk mereka yang rindu bertemu dengan Ramadhan berikutnya. Rindu bertemu Ramadhan berarti rindu berjumpa Allah, karena pada hakikatnya pula ibadah-ibadah yang disunahkan pada syahrur-ramadhan itu tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ya, Idul Fitri tidak diadakan untuk mereka yang lalai beribadah, sebagaimana bunyi puisi arab : "Laysalied liman labisal jadidi, walakinnalied liman amaluhu tazid." Yang artinya : hari raya diadakan bukan untuk orang yang berpakaian baru, ia diadakan untuk orang yang sentiasa bertambah amal salehnya.

Kita memang sering melihat kenyataan yang ironis, justru mereka yang kerap melalaikan shaum, mangkir tarawih dan malas bertadarus-lah yang berhuru-hara, seolah merayakan kemenangan dihari lebaran nanti.

Bila Lebaran diadakan untuk mereka yang rindu berjumpa dengan Allah, tentu perayaannya dilakukan secara khusyuk, penuh kerendahan hati. Jika ada saatnya menikmati hidangan istimewa atau gelak tawa dikala silaturrahmi, itupun semata-mata hanya sebuah momen untuk menambah ungkapan syukur atas limpahan berkah dan rahmatNya yang sungguh tak terkira.

Akhirul kalam, selamat merayakan hari kemenangan. Semoga kita suka merayakannya dengan khusyuk, dengan fitri, dengan penuh kerendahan hati. Tak pantas kita berfoya-foya ditengah jumlah rakyat miskin yang kian bertambah. Tak layak lagi kita berlebih-lebihan, ketika sepiring ketupat sudah menjadi makanan mewah buat sebagian kaum papa.

Semoga renungan singkat ini bermanfaat dan dapat menambah ketakwaan kita kepada Allah SWT. Sekali lagi, Mohon Maaf apabila ada kesalahan.
5:20:00 PM

Lampu Colok

Lampu Colok - Seperti tahun-tahun sebelumnya, lampu colok sudah menjadi tradisi kampung kami, Bengkalis. Tiap desa selalu mengambil bagian dalam hal ini, simpasi dari warga membuat hal ini semakin meriah. Tahun ini kampungku (Sungai Alam) membuat banyak lampu colok. Berbeda dari tahun sebelumnya.

Lampu Colok

Tahun lalu kami hanya membuat lampu colok pinggir jalan, tapi tahun ini kami mencoba membuat lampu colok yang lebih besar dari biasanya, mengingat sulitnya mencari minyak tanah, namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi kami.

Kami mencoba membuat gambar kubah masjid. Kerjasama antar tim membuat hal ini cepat selesai dan berjalan lancar. Seru dan asyik bisa ngumpul dengan teman-teman lama. Disamping asyik sibuk kuliah, kusempatkan untuk pulang kampung.

Malam ini adalah malam pertama lampu colok dihidupkan, yaitu malam 27 ramadhan. Malam yang sangat dinati-natikan oleh warga kami [bengkalis]. Malam ini adalah malam yang paling indah, berharap malam ini tidak ada hujan agar acara ini berjalan dengan lancar.

Sempat tadi mengabadikan gambar teman-teman yang lagi kerja.


Lampu Colok

Pengisian Minyak Pada Lampu

Ngrumpi ni yee, ,

Berbagi kerja

Pemasangan lampu